Judul :
Trust Me, I’m Lying
Penulis :
Ryan
Holiday
Penerjemah
: Aswita Ratih Fitriani
Penerbit :
Change
Cetakan : Pertama, 2016
Tebal :
428 Halaman
ISBN : 978-602-372-071-2
Kemajuan
teknologi senantiasa memberikan dampak positif dan negatif. Tidak terkecuali
kemajuan dunia internet apalagi dengan banyaknya media daring. Belakangan ini
pembahasan mengenai berita hoax banyak
dibahas di berbagai media baik elektronik maupun cetak. Melalui berita hoax seseorang bisa mempengaruhi
persepsi publik melalui berita semu yang bahkan tidak masuk akal. Hal ini
dilakukan untuk berbagai alasan baik itu untuk menarik jutaan orang agar
mengunjungi blognya, kepentingan politik, menebarkan teror, bahkan bisa memecah
belah suatu bangsa karena isinya yang provokatif.
Buku
Trust Me I’m Lying karya Ryan Holiday ini mengungkap rahasia hitam dan
intrik-intrik yang digunakan di berbagai media sosial. Buku ini ditulis
berdasarkan pengalaman pribadinya di belakang layar dunia penulisan blog,
humas, dan intrik-intrik online. Bagian pertama penulis menjelaskan mengapa blog itu
penting, bagaimana mereka mengendalikan pemberitaan, dan bagaimana mereka dapat
dimanipulasi. Blog punya peranan penting. Blog yang dimaksud di sini mengacu
pada semua penerbitan online. Mulai
dari akun Twitter, situs web surat kabar besar, video-video di Internet hingga
blog grup yang memiliki ratusan penulis.
Sebuah blog memiliki kekuatan untuk mengendalikan
hasil. Contohnya blog-blog politik butuh sesuatu untuk diberitakan karena
lalulintas Internet meningkat selama pemilihan umum padahal realitasnya tidak
selaras dengan hal ini karena saat pemilihan umum masih sangat jauh. Blog-blog
politik menciptakan kandidat sejak dini. Mereka bergerak lebih awal daripada
siklus pemilihan. Tidak peduli kandidat tersebut terpilih atau gagal blog-blog tetap
mendapatkan keuntungan karena berita tersebut berhasil menghasilkan jutaan
kunjungan, menjadi subjek dari puluhan berita di media cetak dan online, dan mengisi cukup banyak acara
di televisi. Semua siklus ini berlaku juga untuk gosip selebriti, berita
bisnis, dan topik manapun yang diliput oleh para blog.
Selanjutnya adalah metode-metode yang digunakan untuk
memanipulasi para bloger di level-level tertinggi, yang dibagi menjadi sembilan
taktik sederhana. Beberapa diantaranya
adalah memberitahu mereka apa yang ingin mereka dengar, memberikan mereka yang
bisa menyebar, bukan yang bagus (hal. 104). Taktik lainnya adalah memilih judul
tulisan yang tepat. Pembaca dan pendapatan tergantung pada kemampuan judul
untuk memenangkan pertempuran ini.
Selain itu ekonomi blog bergantung pada
kejadian-kejadian semu bahkan mereka diuntungkan oleh berita hoax. Karena sifat dasarnya yang
direncanakan, diatur, dan dirancang untuk diliput. Berita hoax termasuk sejenis subsidi berita. Berita ini diberikan kepada
blog-blog seperti segelas air yang diberikan kepada seseorang yang haus. Di
saat tenggat waktu menjadi semakin ketat dan bahan pemberitaan menjadi semakin
sedikit, kejadian palsu adalah yang benar-benar diperlukan oleh para blogger.
Berita palsu biasanya jauh lebih menarik bagi kalangan penerbit daripada
kejadian yang nyata.
Pada titik-titik rentan inilah manipulasi menjadi
semakin kuat dibandingkan kenyataan. Prosesnya sederhana saja, cukup dengan
menciptakan sebuah kejadian semu atau berita hoax, lakukan tukar-tambah di rantai media, dapatkan tanggapan dan
tindakan yang nyata. Meskipun berita tersebut semu namun respon masyarakat
terhadap berita tersebut tidak semu melainkan perilaku aktual.
Di bagian kedua, penulis menunjukkan apa yang terjadi
jika kita melakukan manipulasi media ini, bagaimana ini akan berbalik menyerang
kita, dan konsekuensinya yang membahayakan bagi sistem kita yang sekarang. Manipulasi
di media ini bisa untuk tujuan amal, bisa untuk menciptakan berita bohong yang
lucu, atau bisa melakukannya untuk menciptakan kekerasan, kebencian, dan bahkan
sesekali bisa untuk menimbulkan kematian.
Akibatnya, kini fiksi dianggap sebagai realitas.
Banyak orang menjual dan menipu dan masyarakat tidak menyadarinya. Emosi publik
dipicu oleh berbagai simulasi isyarat baik kesalahan interpretasi yang tidak
disengaja maupun yang disengaja. Publik membaca berita dan merasa bahwa berita
itu penting, percaya bahwa berita itu nyata dan prinsip-prinsip pelaporannya
benar-benar terjadi, padahal sebenarnya tidak.
Keberanian Ryan Holiday menyingkap rahasianya sebagai
seorang manipulator media ini akan membuat para raksasa media online merasa sangat tidak nyaman.
Melalui buku ini pembaca akan disadarkan bahwa berita yang ada di Internet
belum tentu kebenarannya. Jadi yang ingin disampaikan penulis adalah pembaca
jangan menerima mentah-mentah berita yang ada serta perlu menyaring berita yang
ada sebelum membagikan berita tersebut pada orang lain.
Dimuat di Harian Analisa Medan Edisi 19 April 2017
n