Judul :
Doakan, Jangan Duakan
Penulis :
Rofiq
Hudawiy
Penerbit :
Quanta
Cetakan : Pertama, 2016
Tebal :
107 Halaman
ISBN : 978-602-02-9553-4
“Cinta ibarat
seekor burung yang cantik, meminta untuk ditangkap tapi menolak untuk
disakiti,” begitu kata Khalil Gibran. Cinta tidak pernah tahu kepada siapa
berlabuh, kapan dia akan tiba, cinta terjadi begitu saja bahkan hanya dengan
sekejap memandang saja. Semua orang pernah merasakan cinta. Adakalanya mencintai
dan dicintai. Bahkan Syekh Jalaludin Rumi mengatakan bahwa cinta adalah inti
dari segala bentuk kehidupan di dunia. Cinta adalah salah satu sifat Allah SWT.
Maka pada dasarnya cinta adalah suci, sakral, dan mulia. Sehingga harus dengan
cara yang mulia pula seseorang dalam mencintai dan dicintai.
Berbicara
masalah cinta tidak akan pernah habisnya. Setiap orang punya cara dan sudut
pandang tersendiri dalam melihat cinta. Cinta itu Allah yang punya. Itu yang
harus dipahami untuk pertama kalinya ketika tiba-tiba cinta menyapa. Ini sepele
memang, tapi pemahaman awal bahwa cinta itu Allah yang punya harus betul-betul
ditanamkan dalam otak dan hati sebagai fondasi awal dalam membangun rumah
cinta. Kalau fondasi tidak kuat tentu bangunannya akan mudah sekali hancur.
Kebanyakan orang
telah salah memulai dari awal ketika akan membangun fondasi bangunan bernama
cinta. Mereka beranggapan bahwa orang yang dicintai adalah miliknya dan
segalanya baginya. Ketika seseorang menganggap bahwa orang yang dicintai adalah
segalanya maka saat yang dicintai hilang maka akan hilang semuanya tak tersisa.
Saat semuanya hancur tak tersisa, perasaan pertama yang muncul adalah putus asa
dan merasa tak ada artinya hidup di dunia.
Hal yang paling
menarik dalam buku ini penulis menganalisis jatuh cinta dari sudut pandang
kapita selekta hukum Islam yang di dalamnya terdapat pembahasan fikih cinta.
Kenapa menarik? Karena jatuh cinta dianalisis dengan sudut pandang fikih cinta
menggunakan Al-Quran sebagai solusi terlengkap dan utama setiap permasalahan
yang ada dan pasti kita akan menemukan jawaban di dalamnya.
Semua manusia di
bumi dibekali rasa cinta oleh sang Pencipta, dengan rasa cinta itu dia
menemukan seorang bernama kekasih untuk berbagi rasa, menyalurkan rasa, dan
merawat rasa. Seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, cinta dan
sakit hati selalu menjadi pasangan yang serasi. Berani jatuh cinta harus berani
sakit hati. Begitu kata orang. Setiap hari berjuta orang jatuh cinta dan
seketika itu juga berjuta lainnya sakit hati. Dari orang-orang yang sakit hati
itulah kata mantan kekasih muncul dan terkenal, menjadikan kata mantan identik
dengan makna yang menakutkan.
Islam adalah
agama yang tidak mengenal konsep pacaran sebelum nikah. Tapi, tidak bisa
buru-buru kita menafikan kata mantan dari remaja muslim sekarang di mana hampir
semua aspek disyar’ikan hanya sebagai kedoknya saja. Pacaran syar’i? Balap liar syar’i? Kepopuleran islam mulai disalahgunakan. Dalam Islam sendiri
dikenal proses taaruf untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain, bukan
pacaran seperti yang digunakan banyak remaja zaman sekarang.
Jodoh itu memang
kita yang mencari tapi Allah yang menyetujui. Allah adalah produser sekaligus
sutradara yang mengatur skenario hidup manusia. Tetapi, sebagus apapun ceritanya
kalau kita sebagai pemain utamanya tidak bermain dengan baik maka bagaimana
jadinya? Allah masih memberikan kita peluang untuk berusaha untuk memainkan
peran kita dengan baik dan sepenuh hati. Memang benar Allah telah menyiapkan
jodoh yang terbaik untuk kita, tapi kita tetap harus berikhtiar menjemput jodoh
kita dengan cara-cara yang dibolehkan dalam Islam. Jodoh dan cinta adalah dua
hal yang tidak dapat dipisahkan karena Allah telah menciptakan laki-laki dan
perempuan yang kelak akan dipersatukan oleh sebuah tali bernama pernikahan, dan
simpul yang mengikat pernikahan adalah cinta.
Buku ke-5 karya Rofiq Hudawiy ini merupakan sebuah
dakwah yang tidak menggurui dan mampu mengena di hati kalangan anak muda yang
tengah dimabuk cinta. Seperti yang dikemukakan penulis bahwa cinta itu tidak
boleh lebih dari tiga, tidak akan bisa lebih dari tiga, dan tidak akan pernah lebih dari tiga. Cukup
sepasang sejoli dan Allah serta doa dari keduanya. Doa adalah bahasa terindah
dari rasa, dengan doa setiap orang bisa berbicara, bercerita, dan mengumbar
rasa pada Yang Maha Kuasa.
Melalui buku ini penulis mencoba menjawab permasalahan
cinta melalui sudut pandang Islam dengan menggunakan beberapa kisah nyata.
Sangat menarik karena buku ini ditulis dengan gaya anak muda sehingga tidak
membosankan dan tidak terkesan mendakwahi.
n
No comments:
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian