Judul :
Penebar Harapan
Penulis :
Wisnu
Prasetya Utomo dan Tim Kick Andy
Penerbit :
Bentang
Cetakan : Pertama, Maret
2016
Tebal :
x + 174 Halaman
ISBN : 978-602-291-182-1
Di tengah marak
korupsi, kasus kekerasan anak dan perempuan serta berbagai masalah bangsa,
Indonesia masih memiliki sosok pahlawan yang peduli sesama. Di antaranya, Andri
Rizki. Dia kecewa melihat pembocoran kunci jawaban Ujian Nasional
(UN) yang dilakukan para guru saat UN di SMP-nya. “Pendidikan adalah
media membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik. Apabila sejak bangku
sekolah sudah diajarkan demikian, bagaimana mereka nanti ketika memimpin
negara. Itu yang saya pikirkan saat itu,” ungkap Rizki.
Ia berinisiatif
memprotes dan melaporkan kepada guru dan kepala sekolah. Namun, tidak ada
respons. Guru malah memperingatkan agar jangan mem-blow-up
pembocoran kunci jawaban demi nama baik sekolah (halaman 4). Akibat krisis
kepercayaannya pada institusi sekolah, setelah dua setengah bulan di SMA, Rizki
memutuskan keluar. Hati nuraninya belum bisa menerima pengalaman di SMP.
Rizki mulai belajar
mandiri. Bermodalkan penelusuran lewat Google, dia meriset sistem
pendidikan ideal. Saking kerasnya memaksakan diri belajar mandiri, Rizki pernah
depresi. Harapan tumbuh ketika dia melihat kesempatan melanjutkan kuliah
dengan ijazah paket C. Rizki berhasil melalui ujian Kejar Paket C dengan nilai
9 di semua pelajaran.
Rizki
melanjutkan ke Fakultas Hukum UI. Ia merasa sistem pendidikan
universitas lebih adil dari SMP dan SMA. Ia berhasil menjadi juara di
berbagai ajang kompetisi. Di antaranya, juara 2 mahasiswa berprestasi FHUI dan best
speaker dalam kompetisi pemikiran ilmiah mahasiswa.
Pada tahun kedua
kuliah, Rizki mendirikan program homeshooling Masjidschooling. Ia
ingin berbagi dan melayani pendidikan kepada anak-anak putus
sekolah. “Saya ingin jadi orang bermanfaat di bidang pendidikan untuk mereka
yang termarginalkan,” pungkas Rizki (halaman 20).
Kemudian ada kisah
Nani Zulminarni, seorang perempuan aktif di gerakan sosial perempuan.
Nani memiliki ide untuk mengganti istilah janda dengan sebutan “pekka”
alias perempuan kepala keluarga. Istilah ini lebih positif dan menghargai kerja
keras perempuan. Dia memperhatikan janda-janda miskin yang tidak memiliki
sumber daya dan keterampilan. “Kalau mau mengentaskan kemiskinan,
perempuan-perempuan kepala rumah tangga ini juga mesti diurus,” tegas Nani
(halaman 41).
Berikutnya
Poltak, sosok yang mampu menciptakan energi penerangan alternatif untuk
menerangi daerah di tempat tinggalnya, di Kabupaten Kayong Utara (pecahan
Kab Ketapang), Kalimantan Barat. Sebagai daerah yang relatif baru, krisis
energi masih membelit wilayah ini. Akan tetapi, di tengah berbagai keterbatasan
tersebut muncul inisiatif-inisiatif kecil untuk mampu menyediakan listrik
seperti dikerjakan Poltak.
Pria bernama asli
Miswan Edi Susanto ini mampu menghasilkan listrik melalui microhydro
dan picohydro di Kayong Utara. “Cita-cita saya ingin membuatkan
listrik untuk warga desa. Indonesia sudah merdeka, tapi ada sebagian warga
belum merdeka dalam menikmati listrik” ujarnya (halaman 138).
Selain Rizki, Nani,
dan Poltak masih ada lima peraih Kick Andy Heroes Award lain yang diulas dalam
buku. Ulasan ini mau menyadarkan pembaca bahwa masih ada pahlawan di
sekeliling. Kedelapan sosok yang diulas dalam buku ini contohnya. Mereka adalah
para penabur harapan di tengah karut-marut bangsa.
No comments:
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian