Episode
dimulai dengan seluruh keluarga Dutta yang duduk di meja makan dan bersiap untu
makan. Mata Dutta mencari ke sekeliling dan bertanya Nakusha di mana. Kishore
dan Baji tersenyum mendengar pertanyaan dari Dutta sementara Kalla terlihat
tidak senang. Nakusha dengan malu-malu keluar dari dapur dan membawa makanan
dan membagikan pada setiap orang yang ada di meja makan. Mata Dutta terus
mengawasinya.
Setelah selesai membagikan makanan pada seluruh keluarga Dutta,
Naku berjalan kembali ke dapur tapi Dutta berkata tunggu. “Kau tidak menyiapkan
makanan untuk dirimu sendiri?” tanya Dutta. Naku terlihat bingung untuk
menjawab pertanyaan itu. Dutta memberikan kode pada Baji yang duduk di
sebelahnya untuk pindah. Baji paham dengan maksud Dutta dan segera pindah ke
kursi lain. Lalu Dutta meminta Naku untuk duduk di sebelahnya. Tapi Naku
menolaknya dengan mengatakan bahwa ia dan ibunya akan makan di kamar. Dutta
tampak kecewa dengan penolakan Naku.
Kala
mulai memainkan kata-katanya bahwa Naku butuh waktu untuk bisa duduk semeja
dengannya saat makan. Badi melihat rasa kecewa di wajah Dutta dan segera
mengambil makanan dan memberikannya pada Dutta. Badi bilang bahwa Nakusha
memasakkan itu untuknya. Dutta tampak senang dan mulai memakan makanan Nakusha
itu. Ia makan begitu lahap sampai habis. Nakusha mengamatinya dari balik pintu.
Dutta
selesai makan dan berkata pada Badi, “Bibik, katakan pada Naku kalau masakan
buatannya sangat enak. Perutku sudah terisi penuh dengan makanan buatannya.”
Naku di balik pintu tersenyum mendengar pujian Dutta. Badi, Kishore, dan ibu
Dutta juga ikut tersenyum mendengar ucapan Dutta.
Setelah
selesai makan, Dutta duduk seorang diri di meja tempat biasa dia minum sambil
memegang gelas minuman. Dia teringat kata-kata Naku.
Jika kau keluarkan maka hatimu akan
lebih ringan. Jika air matamu mengalir maka hatimu menjadi lebih bersih. Semua
kenangan lama sudah berlalu dan hal baru akan dimulai Tuan. Di dalam cinta
seseorang akan melupakan kesedihannya, luka, dan kenangan pahit di masa lalu.
Dia akan menemukan keindahan dunia.Benarkan Tuan?
Jika kau memberikan hatimu maka
pasti aku akan menjaganya.
Dutta
tersenyum sendiri mengingat kata-kata Naku tersebut. Dutta mulai membuka botol
alkohol dan teringat kembali percakapannya dengan Naku dulu.
Tuan, apa hari ini Tuan akan minum?
Kaca dan hati tidaklah sama Tuan,
kaca bila dipecahkan akan sulit disatukan kembali.
Naku, kau ini kecil tapi bicaramu
seperti orang dewasa. Kau ini terbuat dari apa?
Aku?Dari tanah hitam.
Bawalah botol ini Naku!
Apa Tuan tidak akan minum?
Tuan, aku Nakusha, aku memang tidak
cantik tapi aku sangat mencintaimu.
Dutta
mengingat saat dia memeluk Naku di tempat Ana. Dutta terus tersenyum mengingat
semua itu hingga akhirnya Baji datang dan membuyarkan lamunannya. Ada apa
kakak, aku melihatmu memegang gelas lama sekali? Apa hari ini kau akan minum?
Ini
sangat aneh karena sampai sekarang tidak ada orang yang berani melarangku. Ayo
kita pergi, hari ini aku merasa sangat menikmati hidupku.
Iya
kak, aku mengerti kalau hari ini perasaanmu sangat baik. Baji mengambil satu
botol alkohol dan pergi bersama Dutta.
Naku
dan ibunya di kamar sementara Serdji sudah tidur. Hei, apa yang sedang kau
pikirkan Naku? Kau sedang memikirkan Tuan? Hari ini Tuan sudah banyak memujimu
dan dia memintamu untuk duduk di dekatnya. Tuan sudah mulai sangat
menghormatimu. Aku merasa sangat bahagia.
Ibu...,
aku takut sekali. Tuan menghormatiku karena Tuan pikir aku benar dan juga
jujur. Ibu, dia salah mempercayaiku karena sebenarnya aku sedang membohonginya.
Kau
jangan khawatir! Percayalah pada Tuhan! Dia tidak akan membiarkan cintamu
direnggut.
Kebahagiaan
yang didapat dari kebohongan tidak akan berlangsung lama. Ibu, Tuan sudah
melihatku dalam wujud cantikku ketika di rumah Ana tapi dia tidak bisa
mengenaliku. Dia bertanya padaku apakah aku melihat Nakusha. Di hadapanku
sendiri dia sedang mencariku. Ibu, aku ingin mengatakan akulah Nakusha istrimu
tapi aku tidak bisa, yang dia tahu adalah Nakusha yang memiliki kulit hitam dan
tidak berwajah cantik. Ibu, Tuan merasa wanita cantik adalah penipu dan saat
dia tahu kebenaran tentangku, dia akan merasa kalau akau penipu. Aku tidak
takut kalau dia menganggapku sebagai penipu tapi akau takut kalau dia tidak
percaya pada siapa pun. Ibu, aku tidak bisa merusak kepercayaannya, aku tidak
bisa merenggut kebahagiaannya dengan kebohongan yang ku lakukan.
Naku,
sudah ibu katakan, percayalah pada Tuhan. Kau selalu bilang kalau Tuhan akan
selalu menunjukkanmu jalan. Semua yang terjadi padamu hari ini, itu pasti juga
kehendak Tuhan dan itu semua pasti akan baik. Ya, dan Tuhan akan selalu
melindungimu. Lalu untuk apa kau harus takut? Kau tidak perlu khawatir!
Badi
mengusap kepala Naku yang tengah duduk di lantai. Kau bangunlah dan segera
tidur Naku. Ayo...
Di
tempat lain Dutta dan Baji telah berada di sebuah tempat kecil seperti gubuk.
Dutta sibuk dengan pikirannya sendiri. Hei kak, ada apa? Apa kau punya penyakit
melamun? Hei kak, kau sudah berubah?
Bukan
aku, tapi kehidupan yang sudah berubah, juga dengan Naku. Dia tidak bisa
berhenti bicara. Tuan jangan lakukan ini, Tuan jangan lakukan itu, tolong Tuan
jangan kau minum, percayalah pada Tuhan, Dia yang memberikan ujian, Dia juga
yang memberikan kekuatan. Hanya Nakulah yang menganggapku sebagai manusia
sesungguhnya. Selama ini semua orang hanya takut padaku.
Apa kau tidak takut padaku?
Kenapa aku takut padamu Tuan? Kau
sudah menyelamatkanku dari kematian.
Tunggu Naku, apa kau tidak
menyiapkan makanan untuk dirimu sendiri?
Emm, kalian
makanlah! Aku dan ibu akan makan nanti saja.
Hari
ini Naku yang sama takut duduk dan makan di sampingku.
Tapi
kak, kakak Kalawati benar sampai saat ini. Kita semua menganggap Naku sebagai
seorang pelayan dan hari ini tiba-tiba kita memintanya untuk duduk di meja
makan bersama dengan kita. Kakak, dia pasti juga berpikiran yang sama. Oh ya,
sampai kemarin kau selalu menyuruh Naku untuk melakukan ini dan melakukan itu.
Naku ini, Naku itu, ayo kerjakan ini....
Tapi
kau selalu bicara biasa saja dan tidak ada yang berubah....
Hei
kak, ada perbedaan antara aku dan juga Nakusha. Aku tahu dan mengenalimu sangat
baik dan aku adalah temanmu kak tapi Naku.... kau tahu kan kak... dia selalu
memanggilmu Tuan dan menganggapmu sebagai Tuan. Apa kau tahu masalahnya kak?
Selalu ada jarak yang memisahkan antara kau dan Naku bahkan di saat kalian
berteman maupun bermusuhan jarak itu akan semakin bertambah dan semakin
melebar. Tapi kak, sekarang semua kesalah pahaman ini telah berakhir dan iya
kak masih tetap ada jarak. Benar kan kak, tapi itu bukan jarak anatara hati
melainkan keadaan.
Dutta
merenungkan kata-kata Baji.
Kak,
kau mengerti maksudku kan? Hah?
Kenapa
itu tidak aku pikirkan? Mungkin bertahun-tahun yang lalu akau telah berhenti
mendengarkan kata hatiku, karena itulah aku gunakan otakku saja dan aku sudah
membuat kesalahan karena aku sudah membuat Naku untuk mengakui perasaannya.
Wow...
wow... kakak Dutta sedang membicarakan isi hatinya saat ini. Hebat... hebat...
Baji bergumam, “Heh, kau benar sekali kak, jika itu kakak yang dulu pasti tidak
akan mendengarkan dia dan langsung menembakku.”
Kau
bicara sesuatau?
Heh,
kak apa sekarang kau tidak bisa menembak lagi? Kau adalah korban dari ucapanmu
sendiri.... Ayo kak, kita bersulang lagi karena kalau kita sudah sampai di
rumah, Naku tidak akan membiarkanmu minum-minum lagi. Ayo ambillah.... Oh ya
kak, aku menyukai dirimu yang sekarang ini karena semua yang kau katakan intu
memang benar sekali. Kak, setiap kali kau membicarakan soal Naku, itu semua
berasal dari dalam hatimu kak. Iya kak, ini semua tentang cinta jadi aku tidak
mengerti kenapa kau harus memakai otakmu? Oh ya kak, kau tahu kan kalau aku ini
tidak mengerti soal yang namanya cinta, tapi biar aku mengatakan satu hal
padamu kak, Naku tidak akan pernah meminta haknya kepadamu. Iya kak, kau yang
harus memberikan semua haknya. Dutta menoleh ke arah Baji dan berusaha memahami
ucapannya itu. Ayo kak kita pulang....
Dutta
dan Baji dalam perjalanan pulang ke rumah. Dutta yang menyetir mobilnya
sementara Baji duduk di sebelahnya dalam kondisi mengantuk. Tiba-tiba Dutta
menghentikan mobilnya dan membuat Baji kaget. Hey kak, kenapa kau menghentikan
mobilnya?
Dutta
memandang jalan di sekelilingnya dan mengingat peristiwa saat Ana menculik Naku
di hadapannya sendiri. Dutta keluar dari mobil. Baji ikut menyusul keluar.
Kenapa kau cepat sekali lupa Baji? Inilah tempat Ana menculik Nakusha waktu
itu. Dalam hidupku banyak sekali Ana yang datang dan pergi. Aku tidak takut
pada mereka tapi hari itu Baji aku ketakutan. Aku hampir kehilangan seluruh
hidupku. Aku tidak ingin siapa pun atau Nakusha dalam bahaya lagi karena itulah
besok aku ingin setiap sudut rumah kita dipasang kamera pengawas untuk
mengawasi keamanan kita.
Kamera
pengawas?
Ya...
aku tidak ingin ada ketakutan lagi di mata semua anggota keluarga karena
kecerobohan kita.
Baiklah
kak, kita akan memasangnya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan pulang.
Naku
duduk di lantai sambil mengingat ucapan ibunya tadi. Percayalah pada Tuhan Naku! Kau
selalu bilang kalau Tuhan akan selalu menunjukkanmu jalan. Semua yang terjadi
padamu hari ini, itu pasti juga kehendak Tuhan dan itu semua pasti akan baik.
Ya, dan Tuhan akan selalu melindungimu. Jadi untuk apa kau harus takut?
Saat
menyetir mobil untuk pulang Dutta kembali mengingat mimpinya di taman bunga
bersama Naku. Sementara Naku yang tadi duduk mulai berdiri dan berjalan menuju
kamar Dutta. Lagu diputar mengiringi kedua adegan ini. Dutta sudah sampai
rumah. Dia masuk rumah dan memandang ke arah meja makan sambil mengingat Naku yang
menyiapkan makanan untuknya. Dutta terus mengingat waktu yang dilaluinya
bersama Naku di hutan dan juga di tempat Ana. Sementara Naku sudah berada di
kamar Dutta. Dia juga mengingat waktu yang dilaluinya bersama tuannya, saat dia
membetulkan kancing baju Dutta. Naku membuka lemari Dutta dan mengambil pakaian
Dutta dan mengingat saat dia memakai rompi baju Dutta. Mata Naku tertuju pada
bingkai foto Dutta yang ada di atas meja. Naku mengusap foto itu dan
membayangkan Dutta ada di hadapannya. Naku terus memandang bayangan Dutta lalu
tiba-tiba bayangan Dutta tersebut menghilang. Dia mencarinya ke sekeliling tapi
tidak melihatnya lagi. Naku kembali melihat foto Dutta dan mengusapnya dengan
dupatta miliknya. Pelan-pelan Naku mengeluarkan foto Dutta dari bingkainya dan
mengingat saat dia mendapatkan hadiah boneka beruang yang besar dari Dutta.
Dutta
mulai menaiki tangga untuk ke kamarnya. Dutta melihat Naku berdiri di kamarnya.
Naku membalik badannya dan melihat Dutta ada di hadapannya. Naku sambil
tersenyum berjalan ke arah Dutta karena mengira itu adalah bayangan Dutta yang
ada dipikirannya. Dutta juga berjalan ke arah Naku. Mereka berdua saling
berhadapan dan saling menatap untuk beberapa saat sampai Dutta menyadari kalau
Naku sebenarnya sedang melamun. Dutta menjentikkan jarinya di hadapan Naku
untuk membuatnya sadar. Naku tersadar dari lamunannya dan merasa gugup. Dia
menyadari kalau di tangannya ada foto Dutta yang baru saja diambilnya. Dia
langsung menyembunyikan tangannya ke belakang.
Dutta
juga merasa gugup. Jadi kau...emmm.... kau masih belum tidur....
Aku...aku...
aku mau mengambil air....
Dutta
ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak bisa. Naku berkata bahwa ia akan pergi dan
segera berjalan melewati Dutta. Dupatta
Naku melewati Dutta dan Dutta berusaha menyentuhnya. Dutta melihat Naku
meninggalkan kamarnya. Kemudian Dutta menengok ke sekeliling dan baru menyadari
kalau bingkai fotonya sudah kosong. Dia tersenyum dan segera berjalan menuju
jendela kamarnya untuk melihat Naku. Naku sedang berjalan keluar dari kamar
Dutta sambil tersenyum memeluk foto Dutta. Dutta mengawasi yang dilakukan Naku
dari kamarnya sambil tersenyum.
Pagi
harinya Baji mulai menyuruh orang untuk memasang kamera pengawas di beberapa
sudut rumah. Dutta juga ikut memastikan kamera terpasang dengan baik. Dutta
puas dengan kinerja Baji dan orang-orangnya karena kamera pengawas terpasang
sesuai keinginannya.
Di
ruangan lain ibu Dutta sedang berbicara dengan Purohit yang memang sengaja
dipanggilnya. Ibu Dutta takut dengan keselamatan Dutta karena itu dia ingin
bertanya pada Purohit tentang hidup Dutta. Purohit mengatakan bahwa Dutta akan
menghadapi banyak rintangan dalam hidupnya dan Nakusha istrinya adalah perisai
untuknya. Nakusha adalah pelindung Dutta dan dia akan menyelamatkan Dutta dari marabahaya
dan rintangan dalam kehidupan Dutta. Mendengar perkataan Purohit, ibu Dutta
berpikir untuk segera menikahkan Dutta-Naku. Pernikahan mereka sebelumnya tidak
dilakukan sesuai adat dan ritual karena itu ibu Dutta ingin mengadakan
pernikahan lagi sesuai adat dan ritual sehingga dengan begitu kehidupan Naku
akan langsung terikat dengan kehidupan Dutta. Purohit menyetujui rencana ibu
Dutta itu dan menyarankannya untuk segera menyiapkan semuanya.
Purohit pamit
pergi dan ibu Dutta kemudian melihat Dutta. Ia menghampiri Dutta dan mengatakan bahwa hari baik akan segera
datang. Dutta bertanya apa yang harus dia lakukan. Ibu Dutta mengatakan pada
Dutta bahwa dia dan Nakusha akan melakukan pernikahan lagi dan kali ini diadakan
dengan adat dan ritual. Ibu Dutta berkata bahwa dia akan berbicara pada Ganpat
dan Badi tentang hal itu tapi Dutta berkata bahwa ia akan berbicara dengan
Nakusha lebih dulu. Kali ini tidak ada paksaan terhadap dirinya. Kali ini dia
akan mendapatkan semua yang memang pantas ia dapatkan dari awal. Ibu Dutta
merasa tenang mendengar ucapan Dutta tapi dia juga takut kalau ada bayangan
jahat yang mendatanginya. Dutta meyakinkan pada ibunya bahwa itu tidaka akan
ada karena bila ada dia sendiri yang akan mengusirnya. Dutta, Semakin hari
temanmu bertambah sedikit sementara musuhmu bertambah banyak dan mungkin mereka
sedang merencanakan sesuatu untukmu. Tapi kau benar, hari ini kita sedang
bahagia lalu untuk apa harus mengkhawatirkan sesuatu. Ibu Dutta dan Dutta
tersenyum.
Dutta,
jadi kalau kau akan mengkhawatirkan ibumu ini
maka yang ibu inginkan adalah kau segera menikah dengan Nakusha. Dutta
tersipu malu. Baji yang baru saja datang melihat mereka dan melihat ekspresi
Dutta.
Aku
akan segera melakukannya ibu? Begitu punya kesempatan aku pasti akan melamarnya.
Baji
pun berkata, “Ibu, kali ini apa yang ibu katakan pada kakak? Kakak itu hanya
tahu tentang menembak bu dan apa ibu tahu kalau kakak sedang terkena sakit
melamun? Dia memikirkan cara untuk bisa melamar Naku tapi sampai saat ini dia
tidak tahu cara untuk mengatakan apa pun. Ibu, kau tidak boleg bergantung pada
kakak, ibu harus melakukan sesuatu, iya.
Jadi,
apakah sahabatku sudah berani menantang?
Hey
kak, jadi apa kau merasa takut? Ayo kita buat tantangan, begini kak, besok kita
semua akan mengadakan perayaan. Oh ya kak, besok kalau setelah perayaan
menghancurkan kelapa kau berani melamar Naku maka kaulah yang menjadi pemenangnya dan jika tidak maka
akulah pemenangnya. Bagaimana kak? Ibu setuju kan?
Iya
Dutta, besok adalah hari yang sangat baik?
Ibu,
aku yakin sekali bahwa besok itu akulah yang akan menjadi pemenangnya. Yah...
Aku
akan melamarnya dihadapan semua orang. Bukan untuk menang tapi aku memang
menginginkannya. Aku ingin menyingkirkan bayangan yang sudah terjadi. Ibu Dutta
berdoa agar dilancarkan semuanya.
Serdji
sedang membuka celengan miliknya. Dutta yang sedang bekerja di lantai atas
melihat yang di lakukan Serdji di bawah. Dutta mengamati Serdji. Serdji mulai
menghitung uangnya tapi ternyata uangnya tidak sebanyak yang dia harapkan.
Rupanya Serdji ingin membelikan hadiah untuk kakaknya saat perayaan Rakhi
besok. Dia butuh 100 sampai 200 Ruphee untuk membeli hadiah tapi uang
tabungannya masih kurang. Tiba-tiba terdengar suara Naku yang memanggil-manggil
nama Serdji.
Serdji...Serdji.....
Serdji
segera menyembunyikan uangnya dan pecahan celengannya yang berantakan. Dutta
dari atas mengamati keduanya.
Naku
melihat Serdji sedang duduk di lantai. Sejak tadi aku mencarimu, kau tidak tahu
kalau besok ada perayaan Rakhi?
Karena
itulah kak....
Apa...?
Aa..Tidak...tidak...tidak
ada apa-apa kak.....
Ee...guru
menyuruhku belajar karena itulah aku butuh konsentrasi. Di kamar, ayah dan ibu
terus bertengkar kak. Kakak tidur saja, aku akan segera menyusul.
Em...kau
berkata jujur?
Iya...tidur
saja kak....
Tapi
kau akan cepat menyusul ya! Benar?
Ya...iya...sudah
sana kak....
Naku
berjalan pergi meninggalkan Serdji dan menuju kamarnya. Dutta mengamatinya dari
atas sambil tersenyum.
Sampai
mana tadi? Aku lupa jumlah uangnya. Serji melanjutkan menghitung uangnya
sementara Dutta masih terus mengamati Serdji.
Pagi
harinya, perayaan Rakhi dimulai. Seluruh keluarga Dutta berkumpul di sebuah
ruangan. Kala menarik tangan Dutta dan berkata, “Dutta berhentilah bergosip
dengan Baji, hari ini kau adalah milik ketiga saudarimu. Ayo duduklah!”
Baji
berjalan mendekati Sudarshan dan Kishore sambil bersiul dan melihat ke
sekeliling. Sudarshan bertanya padanya apa yang sedang ia cari. Aku ini bukan
sedang mencari tapi melihat apakah pagi ini akan baik untuk kakak. Sekarang
tampaknya kurang baik ya? Kishore mengatakan pada Baji bahwa pagi ini akan
menjadi pagi yang baik.
Mata
Dutta mencari ke sekeliling dan melihat Serdji duduk di sebuah kursi tidak jauh
darinya. Dutta memanggil Serdji dan memintanya untuk duduk di sebelahnya.
Setelah Serdji duduk, Dutta bertanya padanya. Kakakmu dimana? Lalu munculah
Naku dan ibunya. Mereka menuju Serdji. Naku berdiri di depan Serdji. Ketiga
saudari merayakan Rakhi untuk Dutta sementara Nakusha untuk adiknya Serdji.
Dutta diam-diam melihat ke arah Naku. Kala mengamati hal itu dan merasa tidak
suka.
Dutta
memberikan manisan untuk Kala tapi Kala bilang kalau dia tidak bisa makan
karena hari ini dia berpuasa untuk keselamatan Dutta dan di malam perayaan
nanti aku akan berbuka.
Wah..wah..wah..bukankah
kau tidak pernah berpuasa untukku Kala? Suamimu ini juga menginginkan umur
panjang. Lagi pula puasa karfachot ada setiap tahun dan tahun depan kau harus
berpuasa untukku ya! Ingat itu....
Dutta
bertanya pada Leela dan Roop apa mereka juga selalu berpuasa. Mereka berdua
mengangguk. Serdji
kemudian mengatakan bahwa kakaknya juga selalu berpuasa untuknya karena itu dia
pasti akan hidup ratusan tahun. Badi, Dutta, dan ibu Dutta tersenyum
mendengarnya. Kakak berikan aku manisan? Aku sedang tidak berpuasa. Naku
kemudian memasukkan satu bulatan manisan ke mulut Serdji. Kala mengambil satu
manisan dan memberikannya pada Dutta tapi Dutta menolaknya dan bilang kalau dia
hari ini akan berpuasa.
Baji
berkata, “Hari ini kakak juga berpuasa jadi kau tidak akan makan apa-apa kan?”
Dutta mengangguk. Dutta kemudian memberikan ketiga saudari itu hadiah. Serdji
juga mengambil hadiahnya untuk kakaknya dan memberikan itu pada kakaknya.
Serdji membuka hadiah tersebut dan memberikannya pada Naku. Kakak, ini untukmu.
Isinya berupa satu set perhiasan emas. Naku tampak bingung. Dari mana semua
ini?
Kala
mulai bermain dengan kata-katanya. Dutta, kami semua tahu kalau kau ingin
melakukan banyak hal untuk Nakusha dan itu adalah hal yang baik tapi jangan
lakukan lagi karena dia akan kembali sadar kalau dia perempuan yang malang. Aku sudah
mengatakan padamu sebelumnya dan akan ku katakan lagi. Berikan dia waktu untuk
bisa menyesuaikan diri! Kau tidak perlu khawatir, aku di sini dan akan
membuatnya mengerti. Dutta hanya diam tanpa mengerti maksud sesungguhnya ucapan
kakaknya itu. Naku kemudian berkata kalau dia akan pergi ke dapur untuk mengambil
makanan. Sebelum Naku berjalan pergi, Kala menghampirinya dan pergi bersama
Naku ke dapur.
Kala
berkata pada Naku, “Dengar Nakusha, hari ini kau sudah menyakiti hati Dutta.
Apa kau tidak tahu betapa besar hatinya? Jika dia tidak memiliki hati yang besar
mana mungkin dia akan menikahi seorang pelayan. Benarkan? Saat dia memutuskan
itu karena dengan keberadaanmu di sampingnya maka tidak ada yang bisa
menyakitinya. Dia tidak akan bisa merubah penampilan atau pun semua masa lalumu
dan karena kau akan meninggalkan gaya hidup kampunganmu itu maka belajarlah
untuk menjadi orang yang lebih beretika. Kau harus berubah dan melakukan itu
demi Dutta. Iya kan? Kau sangat mencintai Dutta, benarkan? Kalau begitu kau
harus memikirkan tentang status dan harga dirinya. Bersama datangnya kekuatan
besar akan datang tanggung jawab yang besar, tapi kau tidak perlu cemas, aku di
sini untuk membuatmu mengerti semuanya. Aku akan menjelaskan padamu dengan
benar perbedaan antara lantai kotor dengan karpet yang halus.
Nyonya,
aku tahu semuanya karena itulah aku tidak pernah membandingkan atau menyamakan
diriku dengan Tuan. Aku senang sekali karena nyonya sudah mengingatkanku. Aku
memang tidak sepintar nyonya tapi aku akan membuat tuan bahagia. Aku akan
berusaha. Aku tahu kalian semua akan menjagaku tapi jika aku membutuhkan
sesuatu, aku akan menemui nyonya.
Kau
terus berusaha untuk terlihat polos Nakusha dan dengan wajahmu itu kau ingin
mendapatkan maaf dari semua orang? Dengan cara yang sama kau sudah mencuri
Duttaku Nakusha. Duttaku percaya pada mata besarmu itu dan aku akan terus
berdoa pada Tuhan agar suatu hari nanti dia akan menyesalinya.
Setelah
mendengar semua kata-kata Kala itu Naku segera pergi. Baji yang sedang berjalan
berdiri di balik pintu dan mendengar semua ucapan buruk Kala pada Naku. Naku
pergi untuk berdoa. Tuhan, benar aku memang mencintai tuan dan aku tidak
mengharapkan apa pun. Aku tahu itu, kecuali cintanya aku tidak ingin
menginginkan apa pun dari tuan. Cinta tuan adalah segalanya untukku, perhiasan
duniaku. Aku tahu ada perbedaan antara aku dan tuan. Orang akan mengangkat
tangannya lalu apa balasan darimu yang akan aku terima?
Baji
yang mencemaskan Naku atas sikap Kala padanya mengikutinya dan mendengar doa
Naku. Baji berusaha menenangkan Naku. Kau cukup mendengarkan perkataan dari
kakak saja karena kau tahu kakak juga sudah tahu murninya hatimu dan betapa kau
sangat mencintainya. Biarkan orang lain bicara kau tidak perlu mendengarkannya
terutama apa yang dikatakan oleh kakak Kala. Dengar, semua orang sudah tahu
cara dia berbicara memang sedikit kasar dan juga ketus, itu karena dia sangat
mengkhawatirkan keadaan kakak. Hei..hei...Naku...kau terlihat jelek sekali
kalau sedang menangis, kau tahu itu?
Orang
lain pun tidak suka kalau aku tersenyum. Aku orang miskin tuan Baji tapi aku
bukan orang tamak. Sampai saat ini aku menjaga keyakinanku pada Tuhan, aku
tidak berharap pada siapa pun. Aku sudah tahu bagaimana semua orang. Cukup.
Karena
itulah kau pantas untuk menjadi istrinya kakakku, maksudku pantas untuk menjadi
kakakku. Kenapa? Kau tidak percaya? Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku berani
bersumpah. Dengar Naku, orang lain mungkin tidak percaya tapi aku sangat
percaya kepadamu. Kau mengerti? Jadi mulai sekarang kau jangan menangis lagi
ya..! Aku Bajiroo, aku akan ada untukmu dan mendukungmu saat kau sedih. Ok...?
Ayo, sekarang kau jangan menangis! Baiklah, aku pergi dulu ya? Naku kembali
tersenyum setelah mendengar ucapan Baji.
Dutta
berdiri di atas dan melihat Baji berjalan keluar dari kamar Naku sambil
memikirkan sesuatu. Baji dari kamarnya Naku?
Baji...
Hei
kak....
Kau
dari kamarnya Naku kan? Apa semua baik-baik saja?
Eh...ee...iya
kah aku habis dari kamar Naku Aku memeriksa apakah kamera pengawas di sna
terpasang dengan baik atau tidak. Kau tahu kak semua baik-baik saja. Dutta
kemudian berjalan turun menuju Baji.
Kak...kau
jangan khawatir, aku tidak mengatakan apa pun pada Nakusha tentang sumpahmu itu
kak. Aku tidak bilang padanya bahwa malam ini kau akan melamarnya. Jadi kak,
kau sudah pikirkan bagaimana cara untuk mengatakannya?
Ya...
Ee...kak...apa
saat ini kau benar-benar sedang puasa? Ayolah aku lapar kak, kita makan ayo...
Pergilah
makan sana!
Oh
Tuhan berbaik hatilah. Semoga rencana kakak hari ini bisa lancar, kalau tidak
nanti kakak bisa marah lagi.
Hentikan
sandiwaramu! Lakukan persiapan untuk nanti malam!
Iya
kak...
Bagus...
(kemudian Dutta berjalan pergi)
Baji
bersiul dan akan berjalan pergi tapi dia melihat Kishore sudah berdiri di
hadapannya sambil tersenyum-senyum karena dia mengetahui kalau Dutta berencana
melamar Naku nanti malam.
Baji
berkata, “Oh, ya ampun.”
Kishore
tersenyum dan memberikan kode pada Baji dengan tangannya kalau dia akan menjaga
rahasia itu. Baji pun merasa lega.
Malam
harinya, Dutta sibuk memilih Baju yang akan dipakainya untuk melamar Naku. Dia
teringat adegan di hutan saat dia memakaikan rompi bajunya pada Naku. Dia juga
teringat ucapan Baji.
Oh ya, besok kalau kau sudah
menghancurkan kelapa dan melamar Naku di depan semua orang untuk dinikahi
olehmu maka itu berarti kau sudah menang taruhannya.
Dutta
teringat mimpinya di taman bunga bersama Naku dan tersenyum. Dutta juga
teringat perlakuan kasarnya saat memaksa Naku menikah dengannya dulu. Dia
teringat pernyataan cinta Naku padanya.
Memang benar aku mencintaimu dan aku
akan mencintaimu selamanya
Dutta
berkata dalam hati, “Naku, aku tahu kau pasti sedang menantikan semuanya yang
akan aku akui padamu hari ini. Detak jantungmu adalah keberanianku Naku,
Nafasmu adalah motivasiku untuk hidup. Aku sangat mencintaimu Naku. Kaulah yang
sudah kembali membawa warna-warna ke dalam hidupku, membawa keyakinan. Aku bisa
mengenali diriku sendiri setelah aku melihat diriku di matamu.” Dutta mengingat
semua kenangannya bersama Naku.
Aku Nakusha dan aku sangat
mencintaimu, aku tidak pernah menghianati siapa pu. Satu-satunya salahku adalah
mencintaimu.
Dutta
menutup matanya dan mengingat adegan saat dia memeluk Naku saat di tempat Ana.
Tiba-tiba Serdji datang dan memanggilnya sehingga membuyarkan pikirannya.
Kakak...kakak....kakak....
Serdji,
ada apa? Ada perlu apa?
Kakakku
memintaku untuk mengembalikan ini (hadiah perhiasan yang diberikan Dutta pada
Serdji yang diberikan Serdji pada Naku saat perayaan Rakhi). Tanpa banyak
bicara Serdji segera meletakkan bungkusan hadiah itu di atas meja Dutta dan
segera berlari meninggalkan kamar Dutta.
Serdji....hei
Serdji.....Serdji......
Kemudian
Naku masuk ke kamar Dutta, dia melihat Serdji berlari keluar dari kamar Dutta.
Ada
apa Naku? Kenapa pemberianku kau kembalikan? Apa ada yang salah dariku?
Tuan...tuan...sebelumnya
memang berbeda karena kita mempunyai hubungan pertemanan. Sekarang hubungan itu
seperti karena kasihan. Tuan, aku orang miskin, aku tidak ingin karena aku ada
yang menuduh keluargaku nanti.
Apa
ada yang mengatakan sesuatu padamu? Kalau ada yang melakukan itu, katakan
siapa?
Tidak
tuan, tidak ada yang mengatakan apa pun, tapi tuan aku tidak ingin memberikan
kesempatan itu.
Kalau
begitu.....
Kau
siap-siap saja tuan. Persiapan untuk bulan purnama sudah siap. Aku permisi.
Dutta tampak sedih mendengar ucapan Naku. Dia berkata dalam hati, “Aku tidak
akan berikan kesempatan itu pada orang lain Naku karena itulah aku ingin secepatnya
di depan seluruh dunia, setelah melakukan seluruh ritual dan semua tradisi nama
Dutta Sriram Patil akan bersanding dengan nama Nakusha.
Perayaan
malam hari pun dimulai. Semua keluarga Dutta dan Naku berkumpul di depan patung
Ganesha untuk berdoa. Kishore berbisik pada istrinya, “Kala, kau pasti tidak
akan melupakan apa yang akan terjadi nanti, hari ini sesuatu yang istimewa akan
terjadi supaya nanti matamu bisa terbuka lebih lebar.” Kala merasa bingung
karena tidak mengerti maksud ucapan suaminya tapi dia tampak cemas.
Dutta
mulai berjalan turun untuk bergabung dengan semua orang yang sedang berdoa.
Semua
orang sudah selesai berdoa dan semua mata mereka tertuju pada Dutta yang sedang
berjalan ke arah mereka. Baji berkata pada Ganpat yang ada di sampingnya. Hei
Pak Ganpat, hari ini kakak terlihat sangat keren. Kau harus mengakuinya kalau
kakak memang luar biasa. Tuan Baji, aku bersumpah demi ibuku, Tuan Dutta memang
sangat tampan.
Mata
Dutta mencari Naku sementara Naku terlihat bersembunyi di belakang ibunya. Ibu
Dutta meminta agar Dutta berdoa dulu. Dutta pun melakukannya. Kala tampak
khawatir. Mata Dutta kembali mencari Naku dan Naku masih bersembunyi di
belakang ibunya. Dutta terus menatap Naku dan ibunya memperhatikan hal itu.
Menyadari itu Dutta segera mengalihkan pandangannya dari Naku. Kemudian ibu
Dutta memanggil Nakusha.
Nakusha....kemarilah.....
Naku
berjalan dan berdiri di samping Dutta dan berdoa bersama Dutta. Ibu Dutta
kemudian meminta Dutta-Naku untuk duduk.
Naku tidak duduk tapi dia kembali bersembunyi di belakang ibunya seakan
tidak ingin Dutta melihatnya. Semua orang duduk. Kala berjalan dan akan duduk
di sebelah Dutta tapi ibu Dutta mencegahnya dan memintanya duduk di dekatnya
saja. Kala menuruti kata-kata ibunya. Melihat Naku yang masih berdiri di
belakang ibunya, ibu Dutta pun memanggilnya dan memintanya untuk duduk di
sebelah Dutta.
Nakusha...kemarilah
dan duduk di dekat Dutta! Naku masih tetap bersembunyi di belakang ibunya.
Dutta dan Baji memperhatikan sikap Naku itu. Badi segera membawa Naku untuk
duduk di sebelah Dutta. Kala semakin khawatir dengan apa yang Dutta dan Baji
rencanakan. Akhirnya Naku pun duduk di samping Dutta. Naku menggenggam
tangannya karena merasa tegang. Dutta menengok ke arah Naku dan menyadari sikap
Naku itu. Baji pun segera memulai acaranya.
Baiklah
saudara-saudara semuanya, acaranya bisa dimulai. Di sini sekarang semuanya
sudah sama-sama duduk. Kita akan memulai tradisi dari menghancurkan kelapa.
Dutta
berkata dalam Hati, “Naku, aku tahu hari ini kau pasti sedang menantikan
pengakuanku yang akan ku sampaikan padamu di sini.” Sementara Naku teringat
ucapan buruk Kala tentangnya. Dutta memperhatikan Naku yang sedang berpikir dan
memanggilnya. Nakusha....Nakusha...
Nakusha
menengok ke arahnya. Dutta berkata pada Naku kalau hari ini Baji banyak bicara.
Naku
berdiri dan berkata pada Dutta, “Aku...aku..harus selesaikan pekerjaanku dulu.”
Naku langsung berjalan pergi meninggalkan semua orang. Semua orang tampak
bingung dengan sikap Naku. Ibu Dutta memberi kode pada Badi untuk pergi
mengikuti Naku. Badi segera menyusul Naku. Ibu Dutta meminta Dutta untuk
bersabar karena mungkin Naku ada pekerjaan dan meyakinkan Dutta kalau Naku akan
segera kembali.
Badi
menyusul Naku dan bertanya padanya ada apa dan kenapa dia pergi di tengah acara
seperti itu. Apa itu bagus? Apa kata Tuan Dutta nanti? Nanti dia akan
mencarimu.
Ibu,
apa aku tidak bisa melihat apa yang ada di mata tuan? Aku takut aku akan
melupakan diriku sendiri. Tidak ibu....aku tahu ada sesuatu dalam pikirannya.
Ibu, apa yang harus ku lakukan?
Di
tempat perayaan Baji yang sedang senang karena kelapanya menang terus bertanya,
“Bagaimana kak? Ada lagi yang ingin melawanku bertanding adu kelapa?”
Kala
bertanya pada Dutta kenapa dia terlihat begitu gelisah. Aku sudah banyak
membuat Nakusha mengerti tapi kau tahu kan kebiasaan lama tidak bisa menghilang
dengan cepat. Dia selalu berdiri di sudut ruangan sana. Mungkin itu karena dia
merasa malu duduk denganmu di sini.
Kemudian
muncul Badi yang membawa Naku.
n