Episode
dimulai dengan Badi yang akhirnya berhasil membujuk Naku untuk kembali ke acara
perayaan. Dutta menatap Naku dan berkata dalam hati, “Kaulah yang mengajariku
cara baru untuk mengetahui seseorang. Apa kau ingin pergi jauh dariku Naku? Aku
tidak akan membiarkanmu pergi menjauh dariku Naku.”
“Hei...ada
lagi yang mau maju tidak?” teriak Baji
Kishore
berkata, “Tunggu dulu, akulah sekarang yang akan maju, Kishore.”
Pertandingan
ini pun akhirnya masih dimenangkan oleh Baji. Baji semakin besar kepala saja.
Hei
kak Dutta, kau mau maju atau tidak? Kau takut?
Dutta
tersenyum dan akhirnya dia maju ke depan.
Berhati-hatilah
kak, kau tidak akan bisa mengalahkanku. Jadi aku rasa kau tidak memiliki
keberanian untuk mengatakan perasaanmu pada Naku.
Dutta
segera mengambil satu butir kelapa. Berapa banyak kelapa yang sudah kau
hancurkan?
Tiga
kak....kalau kelapamu hancur berarti semuanya.....
Ayolah
mulai.....
Baji
menghitung satu...dua....dan....akhirnya kelapa Baji yang pecah. Dutta
tersenyum dan memandang Naku yang bersembunyi di belakang ibunya. Dutta meminta
Baji mengambil satu kelapa lagi dan mencobanya lagi. Lagi-lagi Dutta yang
menang. Naku tersenyum melihat Dutta yang menang. Kemudian Dutta memecahkan
kelapa yang membuatnya menang dengan membenturkannya ke lantai dan
mempersembahkannya pada Ganesha.
Bagaimana
kak? Kau sudah menang di kompetisi kelapa tapi bagaimana taruhannya? Kak, kalau
hanya menatapnya saja kau akan kalah.
Hari
ini adalah hariku Baji. Aku tidak akan kalah.
Ya,
itulah mauku...
Hari
ini Dia akan membuatku menang. Dutta berjalan ke arah Naku dan mengulurkan
tangannya pada Nakusha. Naku menaruh tangannya di atas tangan Dutta. Dutta
membawa Naku untuk berdiri di tengah-tengah semua orang yang memperhatikan
mereka. Semua orang yang duduk akhirnya berdiri. Kala semakin cemas.
Dutta
mulai dialognya dengan lembut. Hari ini adalah hari kelapa. Hari ini dipercaya
juga kalau kau berikan kelapa pada laut maka laut pun akan tenang. Aku juga ingin
bisa tenang bersama dengan laut itu. Bertahun-tahun aku lari tapi hari ini aku
sudah melihat tujuanku mau ke mana. Kebahagiaan ini, ketenangan ini hanya ada
karena dirimu saja Naku. Aku ingin minta maaf padamu Naku atas penghinaan
padamu di rumah ini, untuk keterpaksaan dan semua hukuman yang pernah aku
berikan. Dutta melipat kedua tangannya di hadapan Naku. Aku mohon maafkan aku.
Aku ingin katakan pada semua bahwa aku selalu benar dan keraguankulah yang
salah tapi kau selalu memberikan cintamu dan tidak pernah meminta apa pun. Hari
ini aku ingin memberikan segalanya yang merupakan hakmu sendiri. Meski ada
banyak hal yang terjadi, aku ingin menjadikan hukuman ini sebagai motivasi
dalam hidupku. Maka sekali lagi, di depan semua orang yang ada di sini, dengan
semua ritual, aku ingin melamarmu. Maukah.....kau menikah denganku? Dengan
senyum Dutta mengulurkan tangannya pada Naku. Naku hanya terpaku diam. Baji
memanggil namanya dan meminta Naku untuk menjawab iya. Naku menangis dan
langsung pergi meninggalkan Dutta dan semua orang di ruangan itu. Dutta yang
masih mengulurkan tangan menatap Naku yang pergi melewatinya. Nampak kesedihan
yang dalam di matanya. Semua orang bingung dengan sikap Naku.
Naku
pergi ke kamarnya dan menangis di tempat tidur. Baji datang menyusulnya. Naku,
kendalikan dirimu Nak! Tuhan akhirnya sudah menjawab doa ibu. Hari ini Tuhan
telah memberi balasan cintamu itu. Sudah lama ibu menantikan hari ini untuk
bisa melihat cinta sejatimu. Bukannya kebencian atau kemarahan. Hari ini ibu
bisa melihat cinta sejati di mata Tuan Dutta. Iya Naku, hari ini yang bicara
bukan Dutta tapi hatinya. Cintamu yang menang tapi kau lari dari takdirmu dan
kau malah sembunyi di sini. Kenapa Naku, kenapa?
Ibu,
takdir apakah yang ku miliki. Aku telah menutup takdirku dengan abu dan merubah
mimpiku menjadi hitam. Aku tidak bisa menjalani hidup dengan kepalsuan. Aku
tidak akan bisa hidup ibu. Ibu bilang padaku bahwa aku layak untuk kepercayaan
dan cintanya tuan tapi ibu tidak tahu untuk kepercayaan dan cintanya itu aku
benar-banar tidak layak ibu. Aku tidak layak . Naku terus menangis.
Tidak
Naku, besok tuan mungkin akan menderita. Kau ingin menyelamatkan tuan dari itu
kan, tapi hari ini kau mau membuat tuan menderita? Hah?
Ibu,
aku tahu aku telah membuat tuan sedih tapi ini lebih baik daripada berkhianat.
Ibu, tuan akan memaafkan ini dalam satu atau dua hari tapi
penghianatan....ibu,,,tuan tidak bisa terima penghianatan. Kalau dia membenciku
tidak masalah tapi akulah yang akan hancur kalau karena aku tuan jadi membenci
kehidupan.
Lalu
dari mana ibu bisa memberikan kekuatan padamu Naku? Ibu hanya memberikan
masalah saja selama hidupmu. Selama hidup ibu menjalani hidup dengan
mengkhawatirkanmu saja. Ibumu ini menuliskan semua ketakutan di dalam hidupmu.
Ibumu minta maaf nak, maafkan ibumu ini. Keduanya menangis dan Naku memeluk
ibunya itu.
Dutta
kembali ke kamarnya dan dia tidak ingin berbicara dengan siapa pun saat ini.
Hatinya sangat hancur. Dia mengepalkan tangannya dan memukulkannya ke dinding. Kenapa
Nakusha? Kenapa?Sampai saat ini tidak pernah ada kebohongan di matamu. Kau
sudah membuat kesalahan dengan mengerti ini Dutta.
Dutta
berjalan dan mengampil pisau untuk anak panah yang ada di mejanya.
Selanjutnya: Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 143
m
No comments:
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian