Judul :
Ekonomi Indonesia Dalam Lintasan Sejarah
Penulis :
Prof.
Dr. Boediono
Penerbit :
Mizan
Cetakan : 2016
Tebal :
312 Halaman
ISBN : 978-979-433-947-3
Buku berjudul Ekonomi Indonesia dalam Lintasan
Sejarah ini merupakan buku yang merangkum perjalanan sejarah perekonomian
Indonesia dari zaman VOC (Verinigne Oast
Indische Comagnie) Belanda pada abad ke-17 hingga 2014. Bagian pertama buku
menyajikan zaman sebelum kemerdekaan Indonesia di mana saat itu Indonesia masih
dikenali dengan sebutan Nusantara. Masa di mana VOC melancarkan politik adu
domba agar mampu menguasai berbagai wilayah terutama Jawa dan Maluku.
Saat
itu mereka memegang kekuatan politik. Dasar kolonialisme yang menjadi visi sistem
ekonomi ekstraktif hanya menguntungkan sepihak. VOC makin kaya, sementara itu,
rakyat yang dipekerjakan di tanah sendiri justru semakin menderita. Sebelum VOC
menguasai ekonomi di Nusantara, Indonesia sebenarnya sudah merupakan arus niaga
yang utama. Selain berposisi strategis, Nusantara juga dilimpahi kekayaan
sumber alam. Dua pusat perdagangan yang sangat pesat adalah di sekitar Selat
Malaka dan di kawasan Laut Jawa, di mana keduanya merupakan jalur besar
perdagangan antara Asia dengan Eropa.
Pada
akhir abad 16, sekelompok pemodal Eropa dengan kongsi dagangnya, salah satunya
VOC, menginginkan keuntungan lebih besar. Mereka juga berniat mengangkat
sumber-sumber produksi. Kongsi-kongsi dagang Eropa pun menjelajahi kawasan
potensial di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika. Hal ini menjadi cikal bakal
imperialisme negara Eropa. Tercatat dalam sejarah, Nusantara menjadi sasaran
VOC.
Setelah
berhasil mendarat di Banten pada tahun 1956, mereka secara bertahap memonopoli
perdagangan. Selain kekuatan militer, kesuksesan VOC memonopoli juga berkat
keunggulan organisasi, teknologi, dan akses informasi pasar. Pada akhir abad 18,
VOC telah berhasil menguasai sebagian besar Jawa dan Maluku serta beberapa pos
dagang di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Nusantara
berhasil dikuasai VOC selama 2 abad. Eksploitasi dilakukan untuk memproduksi
berbagai barang dagangan utama secara besar-besaran dengan tenaga kerja yang
murah. Penguasa lokal yang berpikir pragmatis juga menopang kerja-kerja VOC
ini. Hingga pada akhirnya VOC bangkrut karena kasus-kasus korupsi. VOC bangkrut
karena tata kelola pemerintahan yang buruk terus dibiarkan saja. Di sini
penulis menekankan bahwa kebangkrutan VOC adalah fenomena yang terjadi untuk
menjadikan pelajaran bagi bangsa Indonesia akan bahaya korupsi bagi
perekonomian nasional.
Pada
saat Indonesia merdeka, Orde Lama mencoba mendahulukan politik sebagai yang utama yang membuat kesejahteraan rakyat rendah. Sedangkan Orde Baru lebih fokus pada sektor ekonomi dengan mengacu laju pembangunan dalam grand design developmentalisme. Namun ini juga tidak mampu
mengangkat taraf kesejahteraan rakyat secara keseluruhan karena kebijakan
politik yang bermasalah. Mereka hanya mementingkan sebagian kecil kroninya dan
mempercantik gedung-gedung. Ketika Orde Baru, Indonesia banyak mengalami krisis
seperti krisis anggaran, krisis beras, krisis Pertamina, dan gejala penyakit
Belanda pasca bom minyak.
Pada era Reformasi tepatnya pada tahun 2008-2009 terjadi krisis global yang lebih dahsyat, tetapi episentrumnya dari Amerika Serikat dan Eropa. Sektor keuangan kita sudah cukup resilien, kebijakan moneter pruden, dan fiskal aman serta perbankan cukup kuat. Satu-satunya kebijakan yang menimbulkan kegaduhan ekonomi dan politik adalah skandal Bank Century. Bank Indonesia dan Departemen Keuangan saat itu melakukan respon kebijakan mengatasi krisis sistemis dan menyelamatkan sistem perbankan pada saat itu dan bukan melindungi Bank Century. Namun sayang, proses politik dan hukum tidak bisa dikendalikan dan tidak sejalan dengan tujuan ekonomi.
Pada era Reformasi tepatnya pada tahun 2008-2009 terjadi krisis global yang lebih dahsyat, tetapi episentrumnya dari Amerika Serikat dan Eropa. Sektor keuangan kita sudah cukup resilien, kebijakan moneter pruden, dan fiskal aman serta perbankan cukup kuat. Satu-satunya kebijakan yang menimbulkan kegaduhan ekonomi dan politik adalah skandal Bank Century. Bank Indonesia dan Departemen Keuangan saat itu melakukan respon kebijakan mengatasi krisis sistemis dan menyelamatkan sistem perbankan pada saat itu dan bukan melindungi Bank Century. Namun sayang, proses politik dan hukum tidak bisa dikendalikan dan tidak sejalan dengan tujuan ekonomi.
Melalui
buku ini Prof. Boediono menekankan agar sejarah panjang perekonomian Indonesia
dari masa VOC hingga Reformasi mampu menjadi cermin untuk memahami dan menjawab
tantangan di masa sekarang maupun di masa mendatang agar kesalahan yang sama
tidak terulang kembali. Meskipun buku ini berbicara masalah ekonomi dan
terkesan rumit namun buku ini tetap mampu dipahami oleh orang awam sekalipun
karena penulis menjelaskannya dengan menggunakan bahasa sehari-hari.
Dimuat di Radar Sampit Edisi Minggu 30 Juli 2017
Halaman 20
n
No comments:
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian