Episode dimulai
dengan Baji yang mencoba menggoda Dutta yang sedang berlatih tinju di pagi hari. Baji
berkomentar apa Dutta membentuk tubuhnya karena cinta. Dutta mengatakan bahwa
ia sedang latihan untuk melindunginya dari musuh. Baji terus menggodanya
tentang cinta dan Dutta pun memukul rahangnya. Baji meminta Dutta untuk bersiap-siap
karena sebentar lagi mereka ada rapat.
Baji duduk di meja
Dutta dan melanjutkan omong kosongnya. Dia mengatakan bahwa Dutta tidak tahu
apa-apa tentang seorang gadis. Baji mulai memperagakan bagaimana jika Dutta
akan melamar seorang gadis. Dutta akan berkata “ Hei dengarkan hatiku saat ini
berdetak seperti bomwaktu, bila kau tidak bilang iya maka hatiku akan meledak
kemudian”. Dutta tersenyum geli melihat tingkah laku sahabatnya tersebut dan
kembali meninju Baji.
Baji kemudian
menyarankan Dutta untuk menulis surat cinta kepada Supriya. Dutta hanya
menggelengkan kepalanya dan sibuk memukuli tas merah untuk latihan tinju. Baji
lalu mendapatkan ide cemerlang. Dia akan menulis surat itu seolah-olah Dutta
yang menulisnya. Baji mulai menulis surat. Dutta mengira apa yang dilakukan
Baji sudah gila. Baji tidak suka kata-kata yang ditulisnya dan ia membuangnya.
Tiba-tiba ide lain terpikirkan olehnya.
Dutta berjalan
pergi untuk membersihkan senjatanya. Melihat itu Baji mengatakan bahwa bakat
yang Dutta miliki akan sia-sia karena ia tidak bisa mencintai siapa pun, kau
justru tertarik untuk merawat senjatamu itu. Mendengar kata-kata Baji tersebut
Dutta langsung mengarahkan senjatanya ke kepala Baji dan mengatakan bahwa ia
juga bisa menembak pistolnya.
Baji menjadi
terlihat serius. Ia mengatakan tembaklah karena hidupku hanya untukmu. Dutta
merasa jengkel mendengar ucapan Baji dan ia menampar Baji dengan handuknya.
Baji kembali melanjutkan menulis surat dan Dutta berdiri di dekat jendela memikirkan
sesuatu. Baji selesai menulis surat. Dutta sangat kesal dan meminta Baji untuk
membatalkan rencana konyolnya itu. Apa yang dia harapkan dengan membuat surat
itu. Apa dia tidak akan melakukan pekerjaannya dan lebih memilih sebagai tukang
pos. Baji mengatakan bahwa ia akan melakukan itu untuk Dutta dan segera pergi.
Dutta mengatakan bahwa Baji itu gila tapi ia memiliki hati yang jujur.
Baji dalam
perjalanan membeikan surat itu pada Supriya dan di tengah jalan ia bertemu Roop
yangsedang mengeringkan cat kukunya. Ia meminta Roop untuk memberikan surat itu
pada Supriya tapi Roop mengatakan ia tidak bisa melakukan itu karena cat
kukunya belum kering.
Kemudian Baji pergi
ke Naku untuk meminta tolong. Saat itu Naku juga sedang melamun. Ia tersesat
dalam pikirannya sendiri dan tidak melakukan apa pun. Badi meneriaki Naku yang
sedang melamun. Di luar Baji memanggil Naku dan memintanya segera keluar. Baji
menunjukkan surat itu kepada Naku. Naku bertanya untuk siapa itu. Baji menjawab
untuk Naku. Naku yang polos itu percaya tapi kemudian Baji meralatnya bahwa
surat itu untuk Supriya. Baji meminta Naku untuk memberikansurat itu pada
Supriya tanpa diketahui siapa pun.
Naku mencoba
menemui Supriya saat dia sendirian tapi selalu saja ada orang lain yang datang
dan menyela. Naku kembali ke kamarnya dengan masih membawa surat itu . Saat itu
adiknya Serdji sedang belajar. Serdji melihat Naku melamun dan bertanya apa dia
juga sedang jatuh cinta seperti ibu mereka yang sedang jatuh cinta pada dapur
rumah itu. Naku memukul Serdji dan memintanya untuk diam.
Naku bertanya pada
Serdji apakah salah membaca surat milik orang lain. Serdji mengatakan bahwa itu
sesuatu yang sangat menyenangkan bahkan ia biasa membaca surat cinta milik
tetangga mereka dulu. Serdji bilang itu penuh dengan lagu-lagu seperti di film.
Naku bertanya apa lagi yang ada di dalamnya. Serdji mengatakan bahwa seseorang
sering menulis tentang kecantikan orang yang dicintai dan memintanya untuk
datang dalam mimpinya.
Naku berdiri di
depan patung Ganesha dan menatap ke kamar Dutta. Naku yang nakal mulai membuka
surat itu dan membacanya. Naku membayangkannya dengan suara Dutta. Dalam surat
itu Dutta berkata kepada Supriya bahwa dia akan memberikan hidupnya untuk
Supriya dan ia merindukannya dan menggambarkan kecantikannya seperti bulan.
(Surat cinta yang ditulis Baji atas nama Dutta ini benar-benar klasik).
Setelah membaca
surat itu Naku merasa sedih. Naku mengatakan di depan patung Ganesha bahwa
Supriya sangat beruntung sementara saya sangat tidak beruntung sehingga nama
saya tidak layak ada di dalam surat ini. Naku kemudian berjalan pergi sambil
menangis.
Selanjutnya: Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 27
Sebelumnya: Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 25
n
No comments:
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian