Wednesday, September 21, 2016

Tanamkan Pola Pikir Konglomerat Sejak Usia Muda






Judul               : The Conglomerate Mindset

Penulis             : Abdul Madjid Al Zindani

Penerbit           : Alzin Organizer

Cetakan           : Pertama, Agustus 2016                                    

Tebal               : 200 Halaman

ISBN               : 978-979-0557-01-7


     Tidak  mudah mencapai kesuksesan pada usia muda. Namun begitu, ini bukan berarti mustahil diwujudkan. Buku The Conglomerate Mindset menceritakan perjalanan seorang anak muda bernama Al Zindani yang sudah terjun ke dunia bisnis sejak usia 15. Di usia 16 tahun dia sudah memiliki bisnis properti sendiri. Ia bahkan sudah mengakuisisi beberapa merek di usia 19 melalui perusahaannya, Alzin Capita. 
     Al Zindani menyadari betul conglomerate mindset seseorang perlu dibangun sejak muda. Calon konglomerat menjadikan pikiran besar sebagai tindakan dasar mencapai kesuksesan. Kunci menjadi entrepreneur bukanlah teknis awal, tapi cara bermain pikiran. Conglomerate mindset yang harus dibangun lebih dulu sebelum mengetahui dan mempelajari teknis. 
    Kandidat konglomerat memiliki rencana menembus jarak, ruang, waktu, dan mampu menyelesaikan berbagai masalah. Rata-rata para konglomerat membagi impian  dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Jangka pendek antara satu sampai dua tahun. Jangka menengah berkisar lima sampai 10 tahun. Sementara jangka panjang merupakan target 30 tahun ke depan. 
  Setiap  impian  membutuhkan cara berbeda-beda untuk mewujudkannya. Impian jangka pendek dan menengah dicapai dengan   rumus: smart, miserable, realistic, enthusiastic, dan timing (halaman 64). Impian jangka panjang diwujudkan dengan  berani menjadi “orang gila.” 
     Perlu digaris bawahi,  calon konglomerat menjadikan pikiran sebagai  rencana pasti. Ibarat sebuah anak tangga, tahap demi tahap untuk mewujudkan impian telah direncanakan secara matang. Pada saat  calon konglomerat sudah memiliki goal, langsung dibuat  planning. 
     Mengubah mindset  sangat penting  dalam menghadapi masalah. Dia harus terus naik kelas dan masalah itu akan membangun mentalnya. Mental  semakin kuat akan tambah bijaksana pula dalam mengambil keputusan. Seperti mental penulis sendiri yang sudah terbangun sejak berusia 13 tahun, ketika harus bergaul dengan orang-orang besar yang  jauh lebih tua dan berpikiran jauh lebih besar, tak masalah. 
    Seorang bakal konglomerat pun harus bisa mengimbangkan antara fisik, emosional, hati, dan pikiran. Di awal berbisnis seorang konglomerat pasti banyak gagal. Contohnya saja seperti Chairul Tanjung atau Sandiaga Uno. Chairul Tanjung pernah berkata bahwa kegagalan adalah sahabat baiknya. Sedangkan Sandiaga Uno menegaskan,  seorang entrepreneur tidak mungkin tidak pernah gagal (halaman 69). 
     Tulisan “Where am I?” mengajak pembaca  untuk menganalisis posisi sebagai employee,   hanya menjadi pegawai yang serbaterikat atau menjadi pimpinan tidak  terikat. Self employee  bekerja tidak hanya untuk diri sendiri serta tidak terikat waktu dan penghasilan. Pada posisi pegawai  harus bekerja lebih keras dan  memiliki lebih banyak waktu untuk mendapat banyak penghasilan. 
   Posisi lainnya  sebagai business owner yang mendapat penghasilan dari sebuah sistem bisnis yang dibangun. Posisi ini tidak terikat  waktu karena menggunakan sistem Other People Time (OPT), Other People Money (OPM), dan Other People Inovation. Terakhir posisi sebagai investor yang mendapat penghasilan dengan menanamkan modal. Uanglah yang  bekerja. Pada bab ini pembaca dapat menganalisis sendiri posisinya sekarang. 
     Buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh start-up entrepreneur karena  mengajarkan ilmu terapan dan menjelaskan bahwa umur bukan segalanya. Pendidikan di sekolah atau kuliah tidak menjamin kesuksesan. Mindset  tepat akan membuat seseorang sukses muda.
 


Dimuat di Koran Jakarta Edisi 22 September 2016

b

No comments:

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian