Wednesday, September 30, 2015

Zakat Sucikan Harta dan Jiwa

 
    Pada hari-hari terakhir bulan Ramadan setiap masjid pasti disibukkan dengan mengurusi zakat, mulai dari mengumpulkan zakat dari muzaki sampai proses mendistribusikan kepada golongan yang berhak menerima zakat (mustahik) dengan merata. Zakat merupakan bagian penting dari kesempurnaan pengamalan ajaran agama islam. Ibadah zakat selain mempunyai dimensi ketakwaan bagi setiap muslim yang menunaikannya juga merupakan manifestasi solidaritas sosial dari kaum muslimin yang memperoleh rizki lebih dari Allah SWT kepada saudara seiman yang tidak mampu atau kurang beruntung.
     Zakat sendiri ada 2 jenis, yaitu zakat mal dan zakat fitrah. Zakat mal adalah untuk mensucikan harta sedangkan zakat fitrah adalah untuk mensucikan jiwa. Zakat fitrah merupakan salah satu rukun islam, oleh sebab itu setiap umat muslim yang masih hidup wajib menunaikannya baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, besar ataupun kecil. Seperti yang disampaikan oleh Mujiman selaku Pengawas Syariah Baitul Maal Artha Sejahtera cabang Srandakan pada pengajian menjelang buka puasa di Masjid Al-Huda Gunungsaren Kidul, Srandakan, Bantul pada hari Rabu (16/7).
    Mujiman juga menyampaikan bahwa ada 8 golongan yang berhak menerima zakat fitrah sesuai dengan firman Allah “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At Taubah: 60).
     Hanya 2 golongan yang beliau jelaskan dari 8 golongan yang berhak menerima zakat dikarenakan waktu yang tidak cukup, yaitu golongan fakir dan miskin. “Orang yang mampu atau bukan fakir miskin tidak berhak menerima zakat sedangkan fakir miskin meskipun ikut menunaikan zakat tetap berhak menerima zakat,” jelasnya. 
   Ia pun berharap agar kesadaran setiap muslim untuk mengeluarkan zakat sesuai ketentuan agama dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama kesadaran mengeluarkan zakat mal yang kurang mendapat perhatian, sehingga insya Allah masyarakat yang adil, makmur, bahagia lahir dan batin serta selalu dalam limpahan karunia Allah SWT akan segera tercapai.



Citizen Journalism Tribun Jogja Edisi 8 Agustus 2015

Takbir Bergema di Gunungsaren


       Citizen Journalism ini sudah dipublikasikan di media cetak Tribun Jogja (Group Kompas-Gramedia) pada tanggal 26 September 2015. Silakan klik HERE untuk membaca versi elektroniknya yang dipublikasikan tanggal 25 September 2015.

Oleh Tanti Endarwati, Remaja Masjid Al-Huda Desa Gunungsaren Kidul dan Alumnus STIKES Surya Global Yogyakarta

    Pada Selasa (22/9) malam diperingati sebagai malam hari Raya Idul Adha di sebagian daerah di Indonesia. Idul Adha tahun ini menurut Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah jatuh pada tanggal 23 September berbeda dengan pemerintah yang menetapkan Idul Adha pada 24 September. Idul Adha disebut juga hari Raya Haji karena bertepatan dengan bulan ketika umat Islam menunaikan ibadah haji di Mekah.
Sebagaimana pada hari Raya Idul Fitri, pada hari Raya Haji ini juga disunahkan memperbanyak membaca takbir. Hanya saja waktu membacanya dimulai sejak terbenam matahari pada tanggal 9 Zulhijah sampai waktu Asar penghabisan hari Tasyrik atau waktu Asar pada tanggal 13 Zulhijah.
Seperti di masjid-masjid lain, gema takbir juga dikumandangkan di masjid Al-Huda Desa Gunungsaren Kidul, Srandakan, Bantul dimulai sejak terbenam matahari tanggal 9 Zulhijah yang menurut PP Muhammadiyah jatuh pada hari Selasa (22/9). Setelah salat Magrib semua jemaah Masjid Al-Huda berkumpul untuk bersama-sama mengumandangkan takbir.
Semua jemaah tampak antusias dan bersemangat mengumandangkan takbir untuk mengagungkan Allah SWT. Semangat jemaah mengumandangkan takbir merupakan wujud keceriaan menyambut datangnya hari Raya Haji. Takbir bersama ini dipandu secara bergantian oleh Joko Santoso dan Hadi Sumarno selaku takmir Masjid Al-Huda.
Pada malam Idul Adha ini juga diisi ceramah dari Azhari Irsyad selaku imam Masjid Al-Huda yang berisi tentang perintah Allah SWT untuk berkurban sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.” (QS. Al Kausar: 1-2).
Kurban berarti menyembelih hewan kurban pada hari raya Idul Adha atau hari Tasyrik dengan niat beribadah kepada Allah. Azhari Irsyad juga menyampaikan bahwa barangsiapa berkurban maka setiap satu helai rambut dari binatang kurbannya akan menjadi satu kebaikan untuknya.
Tahun ini Masjid Al-Huda mendapat 11 ekor kambing dan 2 ekor sapi untuk disembelih sebagai hewan kurban. Semua hewan kurban disembelih pada Kamis (24/9) yang selanjutnya dibagikan ke warga sekitar masjid Al-Huda dan fakir miskin dari daerah lain. 

Citizen Journalism Tribun Jogja Edisi 26 September 2015


Saturday, September 26, 2015

Ketika Mahasiswi Negeri K-Pop Belajar Bahasa Indonesia



   Kim Jieon, salah satu mahasiswi Korea Selatan jurusan Bahasa Indonesia dari Busan University of Foreign Studies saat ini sedang sibuk dengan kegiatannya untuk mengisi liburan semester dengan belajar bahasa Indonesia di LPK Hangeul Yogyakarta. Mahasiswi yang September nanti akan memasuki semester  6 ini sedang mengambil kursus Bahasa Indonesia selama 3 bulan terhitung mulai tanggal 13 April 2015 lalu, setelah sebelumnya pernah mengambil kursus Bahasa Indonesia di tempat yang sama selama 3 bulan pada Juli-September 2014.
Jurusan Bahasa Indonesia memang banyak diminati oleh mahasiswa di negeri K-Pop ini. Beberapa universitas di Korea Selatan yang membuka jurusan bahasa Indonesia adalah Busan University of Foreign Studies dan Hankuk University of Foreign Studies. Banyak calon mahasiswa Korea Selatan yang tertarik memilih jurusan ini karena banyaknya pengusaha Korea Selatan yang membuka pabrik-pabriknya di Indonesia, sehingga mereka berpikir bahwa dengan mengambil jurusan ini ada peluang besar untuk bisa bekerja di perusahaan Korea Selatan yang ada di Indonesia. 
    Banyak mahasiswa Korea Selatan seperti Jieon yang tertarik mengambil kursus bahasa Indonesia di Indonesia ketika libur semester guna meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia mereka langsung dengan native speakers. Setiap hari selama 2 jam Jieon belajar Bahasa Indonesia di LPK Hangeul Yogyakarta dengan didampingi guru Indonesia. Salah satu guru yang mengajar Jieon adalah Febriana Wijayanti Listyarini S.Pd, seorang mahasiswi pascasarjana dari Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Bahasa Indonesia. Kegiatan Jieon belajar  bahasa Indonesia biasanya dimulai pada pukul 10.00-12.00 WIB dari hari Senin-Jumat.



KIM JIEONBelajar bahasa Indonesia di LPK    Hangeul Yogyakarta  dengan  didampingi Guru Indonesia.


Belajar bahasa Indonesia tentu bukan hal yang mudah bagi mahasiswi Korea Selatan seperti Jieon, terutama dikarenakan pola kalimat Bahasa Indonesia sangat berbeda dengan pola kalimat dalam Bahasa Korea. Pola kalimat dalam Bahasa Indonesia adalah SPOK sedangkan pola kalimat dalam Bahasa Korea adalah KSOP, sehingga hal ini membuat mereka sering terbalik ketika membuat kalimat dalam bahasa  Indonesia.  
  Contohnya ketika mereka ingin mengatakan ”Orang Indonesia makan nasi setiap hari,” namun justru mengatakan ”Setiap hari orang Indonesia nasi makan.” Kesulitan lain tampak ketika mereka mengucapkan huruf “L”, contohnya kata “melukis” yang keluar justru bunyi “merukis,” sehingga untuk mengatasinya mereka mengucapkan kata itu berkali-kali sampai benar. Orang Korea Selatan memang kesulitan dalam mengucapkan beberapa huruf dalam bahasa Indonesia seperti pengucapan huruf b, p, r dan huruf v.
  Sebagai orang Indonesia kita patut bangga karena Bahasa Indonesia begitu diminati oleh mahasiswa di Negeri asal Super Junior ini disaat masyarakat Indonesia sendiri justru sedang demam K-Pop. Banyaknya mahasiswa Korea Selatan yang tertarik belajar bahasa Indonesia perlu disambut dengan sikap positif karena hal ini memungkinan meningkatnya hubungan bilateral kedua negara di masa depan. 
   Catatan:  Tulisan di atas adalah tulisan asli yang saya kirimkan dan belum mengalami pengeditan oleh Redaksi Citizen Journalism Tribun Jogja, sedangkan tulisan saya ketika dimuat di Citizen Journalism Tribun Jogja edisi Senin 6 Juli 2015 pada halaman 15 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Citizen Journalism Tribun Jogja Edisi 6 Juli 2015

Tribun Jogja Edisi 6 Juli 2015 halaman 15


Beberapa tulisan saya yang lain yang juga dimuat akan saya tulis di postingan saya selajutnya. Mohon ditunggu ya......^^