Saturday, September 23, 2017

Cara Memperkecil Ukuran Video Tanpa Mengurangi Kualitas Video




Beberapa waktu yang lalu saya mengedit video dengan Movie Maker mulai dari memotong video sampai menggabungkan video. Alangkah terkejutnya ketika saya menyimpan video tersebut ternyata ukuran video menjadi sangat besar. Yang sebelumnya merupakan video dengan ukuran kurang dari 150 MB tapi setelah saya potong dan saya gabungkan dengan video lain yang ukurannya masih kurang dari 150 MB ternyata ukuran video menjadi 900 MB lebih, lebih tepatnya 902.896 KB. Untuk satu video saja hampir 1 GB padahal masih ada banyak video, lumayan mengambil banyak space saya pikir. 

Untuk itu saya berusaha untuk memperkecil ukuran video tersebut dengan software Handbrake. Sobat bisa download software ini gratis, silakan saja disearch sendiri. Setelah software ini sobat instal di PC atau laptop maka tinggal buka saja aplikasinya.

Langkah-langkah untuk memperkecil video menggunakan software ini adalah:
1. Buka aplikasi Handbrake yang sudah sobat instal.
2. Lalu masukkan video yang mau sobat perkecil ukurannya. Caranya klik Source dan klik Open a single video file seperti gambar di bawah ini.


3. Lalu pilih mana file video sobat yang ingin diperkecil ukurannya. Di sini saya memilih video yang sudah saya beri nama My Video untuk saya perkecil ukurannya. Ukuran asli video ini adalah 902.896 KB/902 MB.


4. Setelah video yang sobat pilih masuk di Handbrake, sekarang saatnya mengatur agar video yang sobat perkecil tetap terjaga kualitas videonya. Silakan lihat gambar di bawah ini untuk tahu yang harus dirubah pengaturannya.  

 

5. Setelah selesai kita atur maka segera klik tombol star seperti gambar di bawah ini.
Maka proses memperkecil video akan berjalan. 


6. Sobat bisa lihat prosesnya sudah berjalan berapa persen pada bagian bawah seperti gambar di bawah ini.

 

Setelah proses selesai, sobat bisa buka folder di mana sobat tadi menyimpan file video yang sudah diperkecil lalu bandingkan ukurannya dengan video sebelumnya.

Video yang saya perkecil di atas ukurannya menjadi lebih kecil. Sebelumnya berukuran 902 MB dan setelah diperkecil ukurannya menjadi 438 MB saja, lumayan berkurang setengahnya. Namun saya juga pernah mengalami hal yang sebaliknya, video yang sebelumnya hanya 500an MB saja justru berubah menjadi 1.5GB. Perlu diingat bahwa software Handbrake ini sebenarnya bisa untuk memperkecil ukuran video atau pun sebaliknya memperbesar ukuran video. Sayangnya tidak ada pengaturan yang menentukan apakan kita mau memperkecil atau memperbesar ukuran video jadi kemungkinan yang muncul bisa video sobat ukurannya menjadi kecil tapi juga bisa malah menjadi lebih besar. Jadi bisa dibilang faktor keberuntungan juga, kalau sobat beruntung ukuran video bisa berubah menjadi jauh lebih kecil.


Selamat mencoba dan semoga beruntung.........^.^

m


Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 142



Episode dimulai dengan Badi yang akhirnya berhasil membujuk Naku untuk kembali ke acara perayaan. Dutta menatap Naku dan berkata dalam hati, “Kaulah yang mengajariku cara baru untuk mengetahui seseorang. Apa kau ingin pergi jauh dariku Naku? Aku tidak akan membiarkanmu pergi menjauh dariku Naku.”

“Hei...ada lagi yang mau maju tidak?” teriak Baji

Kishore berkata, “Tunggu dulu, akulah sekarang yang akan maju, Kishore.”

Pertandingan ini pun akhirnya masih dimenangkan oleh Baji. Baji semakin besar kepala saja. 

Hei kak Dutta, kau mau maju atau tidak? Kau takut?

Dutta tersenyum dan akhirnya dia maju ke depan.

Berhati-hatilah kak, kau tidak akan bisa mengalahkanku. Jadi aku rasa kau tidak memiliki keberanian untuk mengatakan perasaanmu pada Naku. 

Dutta segera mengambil satu butir kelapa. Berapa banyak kelapa yang sudah kau hancurkan?

Tiga kak....kalau kelapamu hancur berarti semuanya.....

Ayolah mulai.....

Baji menghitung satu...dua....dan....akhirnya kelapa Baji yang pecah. Dutta tersenyum dan memandang Naku yang bersembunyi di belakang ibunya. Dutta meminta Baji mengambil satu kelapa lagi dan mencobanya lagi. Lagi-lagi Dutta yang menang. Naku tersenyum melihat Dutta yang menang. Kemudian Dutta memecahkan kelapa yang membuatnya menang dengan membenturkannya ke lantai dan mempersembahkannya pada Ganesha.

Bagaimana kak? Kau sudah menang di kompetisi kelapa tapi bagaimana taruhannya? Kak, kalau hanya menatapnya saja kau akan kalah.

Hari ini adalah hariku Baji. Aku tidak akan kalah.

Ya, itulah mauku...

Hari ini Dia akan membuatku menang. Dutta berjalan ke arah Naku dan mengulurkan tangannya pada Nakusha. Naku menaruh tangannya di atas tangan Dutta. Dutta membawa Naku untuk berdiri di tengah-tengah semua orang yang memperhatikan mereka. Semua orang yang duduk akhirnya berdiri. Kala semakin cemas.

Dutta mulai dialognya dengan lembut. Hari ini adalah hari kelapa. Hari ini dipercaya juga kalau kau berikan kelapa pada laut maka laut pun akan tenang. Aku juga ingin bisa tenang bersama dengan laut itu. Bertahun-tahun aku lari tapi hari ini aku sudah melihat tujuanku mau ke mana. Kebahagiaan ini, ketenangan ini hanya ada karena dirimu saja Naku. Aku ingin minta maaf padamu Naku atas penghinaan padamu di rumah ini, untuk keterpaksaan dan semua hukuman yang pernah aku berikan. Dutta melipat kedua tangannya di hadapan Naku. Aku mohon maafkan aku. Aku ingin katakan pada semua bahwa aku selalu benar dan keraguankulah yang salah tapi kau selalu memberikan cintamu dan tidak pernah meminta apa pun. Hari ini aku ingin memberikan segalanya yang merupakan hakmu sendiri. Meski ada banyak hal yang terjadi, aku ingin menjadikan hukuman ini sebagai motivasi dalam hidupku. Maka sekali lagi, di depan semua orang yang ada di sini, dengan semua ritual, aku ingin melamarmu. Maukah.....kau menikah denganku? Dengan senyum Dutta mengulurkan tangannya pada Naku. Naku hanya terpaku diam. Baji memanggil namanya dan meminta Naku untuk menjawab iya. Naku menangis dan langsung pergi meninggalkan Dutta dan semua orang di ruangan itu. Dutta yang masih mengulurkan tangan menatap Naku yang pergi melewatinya. Nampak kesedihan yang dalam di matanya. Semua orang bingung dengan sikap Naku.

Naku pergi ke kamarnya dan menangis di tempat tidur. Baji datang menyusulnya. Naku, kendalikan dirimu Nak! Tuhan akhirnya sudah menjawab doa ibu. Hari ini Tuhan telah memberi balasan cintamu itu. Sudah lama ibu menantikan hari ini untuk bisa melihat cinta sejatimu. Bukannya kebencian atau kemarahan. Hari ini ibu bisa melihat cinta sejati di mata Tuan Dutta. Iya Naku, hari ini yang bicara bukan Dutta tapi hatinya. Cintamu yang menang tapi kau lari dari takdirmu dan kau malah sembunyi di sini. Kenapa Naku, kenapa?

Ibu, takdir apakah yang ku miliki. Aku telah menutup takdirku dengan abu dan merubah mimpiku menjadi hitam. Aku tidak bisa menjalani hidup dengan kepalsuan. Aku tidak akan bisa hidup ibu. Ibu bilang padaku bahwa aku layak untuk kepercayaan dan cintanya tuan tapi ibu tidak tahu untuk kepercayaan dan cintanya itu aku benar-banar tidak layak ibu. Aku tidak layak . Naku terus menangis.

Tidak Naku, besok tuan mungkin akan menderita. Kau ingin menyelamatkan tuan dari itu kan, tapi hari ini kau mau membuat tuan menderita? Hah?

Ibu, aku tahu aku telah membuat tuan sedih tapi ini lebih baik daripada berkhianat. Ibu, tuan akan memaafkan ini dalam satu atau dua hari tapi penghianatan....ibu,,,tuan tidak bisa terima penghianatan. Kalau dia membenciku tidak masalah tapi akulah yang akan hancur kalau karena aku tuan jadi membenci kehidupan.

Lalu dari mana ibu bisa memberikan kekuatan padamu Naku? Ibu hanya memberikan masalah saja selama hidupmu. Selama hidup ibu menjalani hidup dengan mengkhawatirkanmu saja. Ibumu ini menuliskan semua ketakutan di dalam hidupmu. Ibumu minta maaf nak, maafkan ibumu ini. Keduanya menangis dan Naku memeluk ibunya itu. 

Dutta kembali ke kamarnya dan dia tidak ingin berbicara dengan siapa pun saat ini. Hatinya sangat hancur. Dia mengepalkan tangannya dan memukulkannya ke dinding. Kenapa Nakusha? Kenapa?Sampai saat ini tidak pernah ada kebohongan di matamu. Kau sudah membuat kesalahan dengan mengerti ini Dutta.

Dutta berjalan dan mengampil pisau untuk anak panah yang ada di mejanya. 


Selanjutnya: Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 143



m

Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 141





Episode dimulai dengan seluruh keluarga Dutta yang duduk di meja makan dan bersiap untu makan. Mata Dutta mencari ke sekeliling dan bertanya Nakusha di mana. Kishore dan Baji tersenyum mendengar pertanyaan dari Dutta sementara Kalla terlihat tidak senang. Nakusha dengan malu-malu keluar dari dapur dan membawa makanan dan membagikan pada setiap orang yang ada di meja makan. Mata Dutta terus mengawasinya. 

Setelah selesai membagikan makanan pada seluruh keluarga Dutta, Naku berjalan kembali ke dapur tapi Dutta berkata tunggu. “Kau tidak menyiapkan makanan untuk dirimu sendiri?” tanya Dutta. Naku terlihat bingung untuk menjawab pertanyaan itu. Dutta memberikan kode pada Baji yang duduk di sebelahnya untuk pindah. Baji paham dengan maksud Dutta dan segera pindah ke kursi lain. Lalu Dutta meminta Naku untuk duduk di sebelahnya. Tapi Naku menolaknya dengan mengatakan bahwa ia dan ibunya akan makan di kamar. Dutta tampak kecewa dengan penolakan Naku.

Kala mulai memainkan kata-katanya bahwa Naku butuh waktu untuk bisa duduk semeja dengannya saat makan. Badi melihat rasa kecewa di wajah Dutta dan segera mengambil makanan dan memberikannya pada Dutta. Badi bilang bahwa Nakusha memasakkan itu untuknya. Dutta tampak senang dan mulai memakan makanan Nakusha itu. Ia makan begitu lahap sampai habis. Nakusha mengamatinya dari balik pintu. 

Dutta selesai makan dan berkata pada Badi, “Bibik, katakan pada Naku kalau masakan buatannya sangat enak. Perutku sudah terisi penuh dengan makanan buatannya.” Naku di balik pintu tersenyum mendengar pujian Dutta. Badi, Kishore, dan ibu Dutta juga ikut tersenyum mendengar ucapan Dutta.
Setelah selesai makan, Dutta duduk seorang diri di meja tempat biasa dia minum sambil memegang gelas minuman. Dia teringat kata-kata Naku.

Jika kau keluarkan maka hatimu akan lebih ringan. Jika air matamu mengalir maka hatimu menjadi lebih bersih. Semua kenangan lama sudah berlalu dan hal baru akan dimulai Tuan. Di dalam cinta seseorang akan melupakan kesedihannya, luka, dan kenangan pahit di masa lalu. Dia akan menemukan keindahan dunia.Benarkan Tuan?
Jika kau memberikan hatimu maka pasti aku akan menjaganya.

Dutta tersenyum sendiri mengingat kata-kata Naku tersebut. Dutta mulai membuka botol alkohol dan teringat kembali percakapannya dengan Naku dulu.

Tuan, apa hari ini Tuan  akan minum?

Kaca dan hati tidaklah sama Tuan, kaca bila dipecahkan akan sulit disatukan kembali.

Naku, kau ini kecil tapi bicaramu seperti orang dewasa. Kau ini terbuat dari apa?

Aku?Dari tanah hitam.

Bawalah botol ini Naku!

Apa Tuan tidak akan minum?

Tuan, aku Nakusha, aku memang tidak cantik tapi aku sangat mencintaimu.

Dutta mengingat saat dia memeluk Naku di tempat Ana. Dutta terus tersenyum mengingat semua itu hingga akhirnya Baji datang dan membuyarkan lamunannya. Ada apa kakak, aku melihatmu memegang gelas lama sekali? Apa hari ini kau akan minum?

Ini sangat aneh karena sampai sekarang tidak ada orang yang berani melarangku. Ayo kita pergi, hari ini aku merasa sangat menikmati hidupku.

Iya kak, aku mengerti kalau hari ini perasaanmu sangat baik. Baji mengambil satu botol alkohol dan pergi bersama Dutta.

Naku dan ibunya di kamar sementara Serdji sudah tidur. Hei, apa yang sedang kau pikirkan Naku? Kau sedang memikirkan Tuan? Hari ini Tuan sudah banyak memujimu dan dia memintamu untuk duduk di dekatnya. Tuan sudah mulai sangat menghormatimu. Aku merasa sangat bahagia.

Ibu..., aku takut sekali. Tuan menghormatiku karena Tuan pikir aku benar dan juga jujur. Ibu, dia salah mempercayaiku karena sebenarnya aku sedang membohonginya.
Kau jangan khawatir! Percayalah pada Tuhan! Dia tidak akan membiarkan cintamu direnggut.

Kebahagiaan yang didapat dari kebohongan tidak akan berlangsung lama. Ibu, Tuan sudah melihatku dalam wujud cantikku ketika di rumah Ana tapi dia tidak bisa mengenaliku. Dia bertanya padaku apakah aku melihat Nakusha. Di hadapanku sendiri dia sedang mencariku. Ibu, aku ingin mengatakan akulah Nakusha istrimu tapi aku tidak bisa, yang dia tahu adalah Nakusha yang memiliki kulit hitam dan tidak berwajah cantik. Ibu, Tuan merasa wanita cantik adalah penipu dan saat dia tahu kebenaran tentangku, dia akan merasa kalau akau penipu. Aku tidak takut kalau dia menganggapku sebagai penipu tapi akau takut kalau dia tidak percaya pada siapa pun. Ibu, aku tidak bisa merusak kepercayaannya, aku tidak bisa merenggut kebahagiaannya dengan kebohongan yang ku lakukan.

Naku, sudah ibu katakan, percayalah pada Tuhan. Kau selalu bilang kalau Tuhan akan selalu menunjukkanmu jalan. Semua yang terjadi padamu hari ini, itu pasti juga kehendak Tuhan dan itu semua pasti akan baik. Ya, dan Tuhan akan selalu melindungimu. Lalu untuk apa kau harus takut? Kau tidak perlu khawatir!

Badi mengusap kepala Naku yang tengah duduk di lantai. Kau bangunlah dan segera tidur Naku. Ayo...

Di tempat lain Dutta dan Baji telah berada di sebuah tempat kecil seperti gubuk. Dutta sibuk dengan pikirannya sendiri. Hei kak, ada apa? Apa kau punya penyakit melamun? Hei kak, kau sudah berubah?

Bukan aku, tapi kehidupan yang sudah berubah, juga dengan Naku. Dia tidak bisa berhenti bicara. Tuan jangan lakukan ini, Tuan jangan lakukan itu, tolong Tuan jangan kau minum, percayalah pada Tuhan, Dia yang memberikan ujian, Dia juga yang memberikan kekuatan. Hanya Nakulah yang menganggapku sebagai manusia sesungguhnya. Selama ini semua orang hanya takut padaku.

Apa kau tidak takut padaku?

Kenapa aku takut padamu Tuan? Kau sudah menyelamatkanku dari kematian.

Tunggu Naku, apa kau tidak menyiapkan makanan untuk dirimu sendiri?

Emm, kalian makanlah! Aku dan ibu akan makan nanti saja.

Hari ini Naku yang sama takut duduk dan makan di sampingku.

Tapi kak, kakak Kalawati benar sampai saat ini. Kita semua menganggap Naku sebagai seorang pelayan dan hari ini tiba-tiba kita memintanya untuk duduk di meja makan bersama dengan kita. Kakak, dia pasti juga berpikiran yang sama. Oh ya, sampai kemarin kau selalu menyuruh Naku untuk melakukan ini dan melakukan itu. Naku ini, Naku itu, ayo kerjakan ini....

Tapi kau selalu bicara biasa saja dan tidak ada yang berubah....

Hei kak, ada perbedaan antara aku dan juga Nakusha. Aku tahu dan mengenalimu sangat baik dan aku adalah temanmu kak tapi Naku.... kau tahu kan kak... dia selalu memanggilmu Tuan dan menganggapmu sebagai Tuan. Apa kau tahu masalahnya kak? Selalu ada jarak yang memisahkan antara kau dan Naku bahkan di saat kalian berteman maupun bermusuhan jarak itu akan semakin bertambah dan semakin melebar. Tapi kak, sekarang semua kesalah pahaman ini telah berakhir dan iya kak masih tetap ada jarak. Benar kan kak, tapi itu bukan jarak anatara hati melainkan keadaan. 

Dutta merenungkan kata-kata Baji.

Kak, kau mengerti maksudku kan? Hah?

Kenapa itu tidak aku pikirkan? Mungkin bertahun-tahun yang lalu akau telah berhenti mendengarkan kata hatiku, karena itulah aku gunakan otakku saja dan aku sudah membuat kesalahan karena aku sudah membuat Naku untuk mengakui perasaannya. 

Wow... wow... kakak Dutta sedang membicarakan isi hatinya saat ini. Hebat... hebat... Baji bergumam, “Heh, kau benar sekali kak, jika itu kakak yang dulu pasti tidak akan mendengarkan dia dan langsung menembakku.”

Kau bicara sesuatau?

Heh, kak apa sekarang kau tidak bisa menembak lagi? Kau adalah korban dari ucapanmu sendiri.... Ayo kak, kita bersulang lagi karena kalau kita sudah sampai di rumah, Naku tidak akan membiarkanmu minum-minum lagi. Ayo ambillah.... Oh ya kak, aku menyukai dirimu yang sekarang ini karena semua yang kau katakan intu memang benar sekali. Kak, setiap kali kau membicarakan soal Naku, itu semua berasal dari dalam hatimu kak. Iya kak, ini semua tentang cinta jadi aku tidak mengerti kenapa kau harus memakai otakmu? Oh ya kak, kau tahu kan kalau aku ini tidak mengerti soal yang namanya cinta, tapi biar aku mengatakan satu hal padamu kak, Naku tidak akan pernah meminta haknya kepadamu. Iya kak, kau yang harus memberikan semua haknya. Dutta menoleh ke arah Baji dan berusaha memahami ucapannya itu. Ayo kak kita pulang....

Dutta dan Baji dalam perjalanan pulang ke rumah. Dutta yang menyetir mobilnya sementara Baji duduk di sebelahnya dalam kondisi mengantuk. Tiba-tiba Dutta menghentikan mobilnya dan membuat Baji kaget. Hey kak, kenapa kau menghentikan mobilnya?

Dutta memandang jalan di sekelilingnya dan mengingat peristiwa saat Ana menculik Naku di hadapannya sendiri. Dutta keluar dari mobil. Baji ikut menyusul keluar. Kenapa kau cepat sekali lupa Baji? Inilah tempat Ana menculik Nakusha waktu itu. Dalam hidupku banyak sekali Ana yang datang dan pergi. Aku tidak takut pada mereka tapi hari itu Baji aku ketakutan. Aku hampir kehilangan seluruh hidupku. Aku tidak ingin siapa pun atau Nakusha dalam bahaya lagi karena itulah besok aku ingin setiap sudut rumah kita dipasang kamera pengawas untuk mengawasi keamanan kita. 

Kamera pengawas?

Ya... aku tidak ingin ada ketakutan lagi di mata semua anggota keluarga karena kecerobohan kita.

Baiklah kak, kita akan memasangnya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan pulang.

Naku duduk di lantai sambil mengingat ucapan ibunya tadi. Percayalah pada Tuhan Naku! Kau selalu bilang kalau Tuhan akan selalu menunjukkanmu jalan. Semua yang terjadi padamu hari ini, itu pasti juga kehendak Tuhan dan itu semua pasti akan baik. Ya, dan Tuhan akan selalu melindungimu. Jadi untuk apa kau harus takut? 
 
Saat menyetir mobil untuk pulang Dutta kembali mengingat mimpinya di taman bunga bersama Naku. Sementara Naku yang tadi duduk mulai berdiri dan berjalan menuju kamar Dutta. Lagu diputar mengiringi kedua adegan ini. Dutta sudah sampai rumah. Dia masuk rumah dan memandang ke arah meja makan sambil mengingat Naku yang menyiapkan makanan untuknya. Dutta terus mengingat waktu yang dilaluinya bersama Naku di hutan dan juga di tempat Ana. Sementara Naku sudah berada di kamar Dutta. Dia juga mengingat waktu yang dilaluinya bersama tuannya, saat dia membetulkan kancing baju Dutta. Naku membuka lemari Dutta dan mengambil pakaian Dutta dan mengingat saat dia memakai rompi baju Dutta. Mata Naku tertuju pada bingkai foto Dutta yang ada di atas meja. Naku mengusap foto itu dan membayangkan Dutta ada di hadapannya. Naku terus memandang bayangan Dutta lalu tiba-tiba bayangan Dutta tersebut menghilang. Dia mencarinya ke sekeliling tapi tidak melihatnya lagi. Naku kembali melihat foto Dutta dan mengusapnya dengan dupatta miliknya. Pelan-pelan Naku mengeluarkan foto Dutta dari bingkainya dan mengingat saat dia mendapatkan hadiah boneka beruang yang besar dari Dutta.

Dutta mulai menaiki tangga untuk ke kamarnya. Dutta melihat Naku berdiri di kamarnya. Naku membalik badannya dan melihat Dutta ada di hadapannya. Naku sambil tersenyum berjalan ke arah Dutta karena mengira itu adalah bayangan Dutta yang ada dipikirannya. Dutta juga berjalan ke arah Naku. Mereka berdua saling berhadapan dan saling menatap untuk beberapa saat sampai Dutta menyadari kalau Naku sebenarnya sedang melamun. Dutta menjentikkan jarinya di hadapan Naku untuk membuatnya sadar. Naku tersadar dari lamunannya dan merasa gugup. Dia menyadari kalau di tangannya ada foto Dutta yang baru saja diambilnya. Dia langsung menyembunyikan tangannya ke belakang. 

Dutta juga merasa gugup. Jadi kau...emmm.... kau masih belum tidur....

Aku...aku... aku mau mengambil air....

Dutta ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak bisa. Naku berkata bahwa ia akan pergi dan segera berjalan melewati Dutta.  Dupatta Naku melewati Dutta dan Dutta berusaha menyentuhnya. Dutta melihat Naku meninggalkan kamarnya. Kemudian Dutta menengok ke sekeliling dan baru menyadari kalau bingkai fotonya sudah kosong. Dia tersenyum dan segera berjalan menuju jendela kamarnya untuk melihat Naku. Naku sedang berjalan keluar dari kamar Dutta sambil tersenyum memeluk foto Dutta. Dutta mengawasi yang dilakukan Naku dari kamarnya sambil tersenyum.

Pagi harinya Baji mulai menyuruh orang untuk memasang kamera pengawas di beberapa sudut rumah. Dutta juga ikut memastikan kamera terpasang dengan baik. Dutta puas dengan kinerja Baji dan orang-orangnya karena kamera pengawas terpasang sesuai keinginannya.

Di ruangan lain ibu Dutta sedang berbicara dengan Purohit yang memang sengaja dipanggilnya. Ibu Dutta takut dengan keselamatan Dutta karena itu dia ingin bertanya pada Purohit tentang hidup Dutta. Purohit mengatakan bahwa Dutta akan menghadapi banyak rintangan dalam hidupnya dan Nakusha istrinya adalah perisai untuknya. Nakusha adalah pelindung Dutta dan dia akan menyelamatkan Dutta dari marabahaya dan rintangan dalam kehidupan Dutta. Mendengar perkataan Purohit, ibu Dutta berpikir untuk segera menikahkan Dutta-Naku. Pernikahan mereka sebelumnya tidak dilakukan sesuai adat dan ritual karena itu ibu Dutta ingin mengadakan pernikahan lagi sesuai adat dan ritual sehingga dengan begitu kehidupan Naku akan langsung terikat dengan kehidupan Dutta. Purohit menyetujui rencana ibu Dutta itu dan menyarankannya untuk segera menyiapkan semuanya. 

Purohit pamit pergi dan ibu Dutta kemudian melihat Dutta. Ia menghampiri Dutta  dan mengatakan bahwa hari baik akan segera datang. Dutta bertanya apa yang harus dia lakukan. Ibu Dutta mengatakan pada Dutta bahwa dia dan Nakusha akan melakukan pernikahan lagi dan kali ini diadakan dengan adat dan ritual. Ibu Dutta berkata bahwa dia akan berbicara pada Ganpat dan Badi tentang hal itu tapi Dutta berkata bahwa ia akan berbicara dengan Nakusha lebih dulu. Kali ini tidak ada paksaan terhadap dirinya. Kali ini dia akan mendapatkan semua yang memang pantas ia dapatkan dari awal. Ibu Dutta merasa tenang mendengar ucapan Dutta tapi dia juga takut kalau ada bayangan jahat yang mendatanginya. Dutta meyakinkan pada ibunya bahwa itu tidaka akan ada karena bila ada dia sendiri yang akan mengusirnya. Dutta, Semakin hari temanmu bertambah sedikit sementara musuhmu bertambah banyak dan mungkin mereka sedang merencanakan sesuatu untukmu. Tapi kau benar, hari ini kita sedang bahagia lalu untuk apa harus mengkhawatirkan sesuatu. Ibu Dutta dan Dutta tersenyum. 

Dutta, jadi kalau kau akan mengkhawatirkan ibumu ini  maka yang ibu inginkan adalah kau segera menikah dengan Nakusha. Dutta tersipu malu. Baji yang baru saja datang melihat mereka dan melihat ekspresi Dutta.

Aku akan segera melakukannya ibu? Begitu punya kesempatan aku pasti akan melamarnya.

Baji pun berkata, “Ibu, kali ini apa yang ibu katakan pada kakak? Kakak itu hanya tahu tentang menembak bu dan apa ibu tahu kalau kakak sedang terkena sakit melamun? Dia memikirkan cara untuk bisa melamar Naku tapi sampai saat ini dia tidak tahu cara untuk mengatakan apa pun. Ibu, kau tidak boleg bergantung pada kakak, ibu harus melakukan sesuatu, iya. 

Jadi, apakah sahabatku sudah berani menantang?

Hey kak, jadi apa kau merasa takut? Ayo kita buat tantangan, begini kak, besok kita semua akan mengadakan perayaan. Oh ya kak, besok kalau setelah perayaan menghancurkan kelapa kau berani melamar Naku maka kaulah  yang menjadi pemenangnya dan jika tidak maka akulah pemenangnya. Bagaimana kak? Ibu setuju kan?

Iya Dutta, besok adalah hari yang sangat baik?

Ibu, aku yakin sekali bahwa besok itu akulah yang akan menjadi pemenangnya. Yah...
Aku akan melamarnya dihadapan semua orang. Bukan untuk menang tapi aku memang menginginkannya. Aku ingin menyingkirkan bayangan yang sudah terjadi. Ibu Dutta berdoa agar dilancarkan semuanya.

Serdji sedang membuka celengan miliknya. Dutta yang sedang bekerja di lantai atas melihat yang di lakukan Serdji di bawah. Dutta mengamati Serdji. Serdji mulai menghitung uangnya tapi ternyata uangnya tidak sebanyak yang dia harapkan. Rupanya Serdji ingin membelikan hadiah untuk kakaknya saat perayaan Rakhi besok. Dia butuh 100 sampai 200 Ruphee untuk membeli hadiah tapi uang tabungannya masih kurang. Tiba-tiba terdengar suara Naku yang memanggil-manggil nama Serdji.
Serdji...Serdji.....

Serdji segera menyembunyikan uangnya dan pecahan celengannya yang berantakan. Dutta dari atas mengamati keduanya. 

Naku melihat Serdji sedang duduk di lantai. Sejak tadi aku mencarimu, kau tidak tahu kalau besok ada perayaan Rakhi?

Karena itulah kak....

Apa...?

Aa..Tidak...tidak...tidak ada apa-apa kak..... 
Ee...guru menyuruhku belajar karena itulah aku butuh konsentrasi. Di kamar, ayah dan ibu terus bertengkar kak. Kakak tidur saja, aku akan segera menyusul.

Em...kau berkata jujur?

Iya...tidur saja kak....

Tapi kau akan cepat menyusul ya! Benar?

Ya...iya...sudah sana kak....

Naku berjalan pergi meninggalkan Serdji dan menuju kamarnya. Dutta mengamatinya dari atas sambil tersenyum.

Sampai mana tadi? Aku lupa jumlah uangnya. Serji melanjutkan menghitung uangnya sementara Dutta masih terus mengamati Serdji.

Pagi harinya, perayaan Rakhi dimulai. Seluruh keluarga Dutta berkumpul di sebuah ruangan. Kala menarik tangan Dutta dan berkata, “Dutta berhentilah bergosip dengan Baji, hari ini kau adalah milik ketiga saudarimu. Ayo duduklah!”

Baji berjalan mendekati Sudarshan dan Kishore sambil bersiul dan melihat ke sekeliling. Sudarshan bertanya padanya apa yang sedang ia cari. Aku ini bukan sedang mencari tapi melihat apakah pagi ini akan baik untuk kakak. Sekarang tampaknya kurang baik ya? Kishore mengatakan pada Baji bahwa pagi ini akan menjadi pagi yang baik.

Mata Dutta mencari ke sekeliling dan melihat Serdji duduk di sebuah kursi tidak jauh darinya. Dutta memanggil Serdji dan memintanya untuk duduk di sebelahnya. Setelah Serdji duduk, Dutta bertanya padanya. Kakakmu dimana? Lalu munculah Naku dan ibunya. Mereka menuju Serdji. Naku berdiri di depan Serdji. Ketiga saudari merayakan Rakhi untuk Dutta sementara Nakusha untuk adiknya Serdji. Dutta diam-diam melihat ke arah Naku. Kala mengamati hal itu dan merasa tidak suka.

Dutta memberikan manisan untuk Kala tapi Kala bilang kalau dia tidak bisa makan karena hari ini dia berpuasa untuk keselamatan Dutta dan di malam perayaan nanti aku akan berbuka.

Wah..wah..wah..bukankah kau tidak pernah berpuasa untukku Kala? Suamimu ini juga menginginkan umur panjang. Lagi pula puasa karfachot ada setiap tahun dan tahun depan kau harus berpuasa untukku ya! Ingat itu....

Dutta bertanya pada Leela dan Roop apa mereka juga selalu berpuasa. Mereka berdua mengangguk. Serdji kemudian mengatakan bahwa kakaknya juga selalu berpuasa untuknya karena itu dia pasti akan hidup ratusan tahun. Badi, Dutta, dan ibu Dutta tersenyum mendengarnya. Kakak berikan aku manisan? Aku sedang tidak berpuasa. Naku kemudian memasukkan satu bulatan manisan ke mulut Serdji. Kala mengambil satu manisan dan memberikannya pada Dutta tapi Dutta menolaknya dan bilang kalau dia hari ini akan berpuasa. 
 
Baji berkata, “Hari ini kakak juga berpuasa jadi kau tidak akan makan apa-apa kan?” Dutta mengangguk. Dutta kemudian memberikan ketiga saudari itu hadiah. Serdji juga mengambil hadiahnya untuk kakaknya dan memberikan itu pada kakaknya. Serdji membuka hadiah tersebut dan memberikannya pada Naku. Kakak, ini untukmu. Isinya berupa satu set perhiasan emas. Naku tampak bingung. Dari mana semua ini?

Kala mulai bermain dengan kata-katanya. Dutta, kami semua tahu kalau kau ingin melakukan banyak hal untuk Nakusha dan itu adalah hal yang baik tapi jangan lakukan lagi karena dia akan kembali sadar kalau  dia perempuan yang malang. Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya dan akan ku katakan lagi. Berikan dia waktu untuk bisa menyesuaikan diri! Kau tidak perlu khawatir, aku di sini dan akan membuatnya mengerti. Dutta hanya diam tanpa mengerti maksud sesungguhnya ucapan kakaknya itu. Naku kemudian berkata kalau dia akan pergi ke dapur untuk mengambil makanan. Sebelum Naku berjalan pergi, Kala menghampirinya dan pergi bersama Naku ke dapur.  

Kala berkata pada Naku, “Dengar Nakusha, hari ini kau sudah menyakiti hati Dutta. Apa kau tidak tahu betapa besar hatinya? Jika dia tidak memiliki hati yang besar mana mungkin dia akan menikahi seorang pelayan. Benarkan? Saat dia memutuskan itu karena dengan keberadaanmu di sampingnya maka tidak ada yang bisa menyakitinya. Dia tidak akan bisa merubah penampilan atau pun semua masa lalumu dan karena kau akan meninggalkan gaya hidup kampunganmu itu maka belajarlah untuk menjadi orang yang lebih beretika. Kau harus berubah dan melakukan itu demi Dutta. Iya kan? Kau sangat mencintai Dutta, benarkan? Kalau begitu kau harus memikirkan tentang status dan harga dirinya. Bersama datangnya kekuatan besar akan datang tanggung jawab yang besar, tapi kau tidak perlu cemas, aku di sini untuk membuatmu mengerti semuanya. Aku akan menjelaskan padamu dengan benar perbedaan antara lantai kotor dengan karpet yang halus.

Nyonya, aku tahu semuanya karena itulah aku tidak pernah membandingkan atau menyamakan diriku dengan Tuan. Aku senang sekali karena nyonya sudah mengingatkanku. Aku memang tidak sepintar nyonya tapi aku akan membuat tuan bahagia. Aku akan berusaha. Aku tahu kalian semua akan menjagaku tapi jika aku membutuhkan sesuatu, aku akan menemui nyonya. 

Kau terus berusaha untuk terlihat polos Nakusha dan dengan wajahmu itu kau ingin mendapatkan maaf dari semua orang? Dengan cara yang sama kau sudah mencuri Duttaku Nakusha. Duttaku percaya pada mata besarmu itu dan aku akan terus berdoa pada Tuhan agar suatu hari nanti dia akan menyesalinya. 

Setelah mendengar semua kata-kata Kala itu Naku segera pergi. Baji yang sedang berjalan berdiri di balik pintu dan mendengar semua ucapan buruk Kala pada Naku. Naku pergi untuk berdoa. Tuhan, benar aku memang mencintai tuan dan aku tidak mengharapkan apa pun. Aku tahu itu, kecuali cintanya aku tidak ingin menginginkan apa pun dari tuan. Cinta tuan adalah segalanya untukku, perhiasan duniaku. Aku tahu ada perbedaan antara aku dan tuan. Orang akan mengangkat tangannya lalu apa balasan darimu yang akan aku terima?

Baji yang mencemaskan Naku atas sikap Kala padanya mengikutinya dan mendengar doa Naku. Baji berusaha menenangkan Naku. Kau cukup mendengarkan perkataan dari kakak saja karena kau tahu kakak juga sudah tahu murninya hatimu dan betapa kau sangat mencintainya. Biarkan orang lain bicara kau tidak perlu mendengarkannya terutama apa yang dikatakan oleh kakak Kala. Dengar, semua orang sudah tahu cara dia berbicara memang sedikit kasar dan juga ketus, itu karena dia sangat mengkhawatirkan keadaan kakak. Hei..hei...Naku...kau terlihat jelek sekali kalau sedang menangis, kau tahu itu? 

Orang lain pun tidak suka kalau aku tersenyum. Aku orang miskin tuan Baji tapi aku bukan orang tamak. Sampai saat ini aku menjaga keyakinanku pada Tuhan, aku tidak berharap pada siapa pun. Aku sudah tahu bagaimana semua orang. Cukup.

Karena itulah kau pantas untuk menjadi istrinya kakakku, maksudku pantas untuk menjadi kakakku. Kenapa? Kau tidak percaya? Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku berani bersumpah. Dengar Naku, orang lain mungkin tidak percaya tapi aku sangat percaya kepadamu. Kau mengerti? Jadi mulai sekarang kau jangan menangis lagi ya..! Aku Bajiroo, aku akan ada untukmu dan mendukungmu saat kau sedih. Ok...? Ayo, sekarang kau jangan menangis! Baiklah, aku pergi dulu ya? Naku kembali tersenyum setelah mendengar ucapan Baji. 

Dutta berdiri di atas dan melihat Baji berjalan keluar dari kamar Naku sambil memikirkan sesuatu. Baji dari kamarnya Naku?

Baji...

Hei kak....

Kau dari kamarnya Naku kan? Apa semua baik-baik saja?

Eh...ee...iya kah aku habis dari kamar Naku Aku memeriksa apakah kamera pengawas di sna terpasang dengan baik atau tidak. Kau tahu kak semua baik-baik saja. Dutta kemudian berjalan turun menuju Baji. 

Kak...kau jangan khawatir, aku tidak mengatakan apa pun pada Nakusha tentang sumpahmu itu kak. Aku tidak bilang padanya bahwa malam ini kau akan melamarnya. Jadi kak, kau sudah pikirkan bagaimana cara untuk mengatakannya?

Ya...

Ee...kak...apa saat ini kau benar-benar sedang puasa? Ayolah aku lapar kak, kita makan ayo...

Pergilah makan sana!

Oh Tuhan berbaik hatilah. Semoga rencana kakak hari ini bisa lancar, kalau tidak nanti kakak bisa marah lagi. 

Hentikan sandiwaramu! Lakukan persiapan untuk nanti malam!

Iya kak...

Bagus... (kemudian Dutta berjalan pergi)

Baji bersiul dan akan berjalan pergi tapi dia melihat Kishore sudah berdiri di hadapannya sambil tersenyum-senyum karena dia mengetahui kalau Dutta berencana melamar Naku nanti malam.

Baji berkata, “Oh, ya ampun.”

Kishore tersenyum dan memberikan kode pada Baji dengan tangannya kalau dia akan menjaga rahasia itu. Baji pun merasa lega.

Malam harinya, Dutta sibuk memilih Baju yang akan dipakainya untuk melamar Naku. Dia teringat adegan di hutan saat dia memakaikan rompi bajunya pada Naku. Dia juga teringat ucapan Baji.

Oh ya, besok kalau kau sudah menghancurkan kelapa dan melamar Naku di depan semua orang untuk dinikahi olehmu maka itu berarti kau sudah menang taruhannya.
 
Dutta teringat mimpinya di taman bunga bersama Naku dan tersenyum. Dutta juga teringat perlakuan kasarnya saat memaksa Naku menikah dengannya dulu. Dia teringat pernyataan cinta Naku padanya.

Memang benar aku mencintaimu dan aku akan mencintaimu selamanya

Dutta berkata dalam hati, “Naku, aku tahu kau pasti sedang menantikan semuanya yang akan aku akui padamu hari ini. Detak jantungmu adalah keberanianku Naku, Nafasmu adalah motivasiku untuk hidup. Aku sangat mencintaimu Naku. Kaulah yang sudah kembali membawa warna-warna ke dalam hidupku, membawa keyakinan. Aku bisa mengenali diriku sendiri setelah aku melihat diriku di matamu.” Dutta mengingat semua kenangannya bersama Naku.

Aku Nakusha dan aku sangat mencintaimu, aku tidak pernah menghianati siapa pu. Satu-satunya salahku adalah mencintaimu.

Dutta menutup matanya dan mengingat adegan saat dia memeluk Naku saat di tempat Ana. Tiba-tiba Serdji datang dan memanggilnya sehingga membuyarkan pikirannya.

Kakak...kakak....kakak....

Serdji, ada apa? Ada perlu apa?

Kakakku memintaku untuk mengembalikan ini (hadiah perhiasan yang diberikan Dutta pada Serdji yang diberikan Serdji pada Naku saat perayaan Rakhi). Tanpa banyak bicara Serdji segera meletakkan bungkusan hadiah itu di atas meja Dutta dan segera berlari meninggalkan kamar Dutta.

Serdji....hei Serdji.....Serdji......

Kemudian Naku masuk ke kamar Dutta, dia melihat Serdji berlari keluar dari kamar Dutta. 

Ada apa Naku? Kenapa pemberianku kau kembalikan? Apa ada yang salah dariku?

Tuan...tuan...sebelumnya memang berbeda karena kita mempunyai hubungan pertemanan. Sekarang hubungan itu seperti karena kasihan. Tuan, aku orang miskin, aku tidak ingin karena aku ada yang menuduh keluargaku nanti. 

Apa ada yang mengatakan sesuatu padamu? Kalau ada yang melakukan itu, katakan siapa?

Tidak tuan, tidak ada yang mengatakan apa pun, tapi tuan aku tidak ingin memberikan kesempatan itu.

Kalau begitu.....

Kau siap-siap saja tuan. Persiapan untuk bulan purnama sudah siap. Aku permisi. Dutta tampak sedih mendengar ucapan Naku. Dia berkata dalam hati, “Aku tidak akan berikan kesempatan itu pada orang lain Naku karena itulah aku ingin secepatnya di depan seluruh dunia, setelah melakukan seluruh ritual dan semua tradisi nama Dutta Sriram Patil akan bersanding dengan nama Nakusha.

Perayaan malam hari pun dimulai. Semua keluarga Dutta dan Naku berkumpul di depan patung Ganesha untuk berdoa. Kishore berbisik pada istrinya, “Kala, kau pasti tidak akan melupakan apa yang akan terjadi nanti, hari ini sesuatu yang istimewa akan terjadi supaya nanti matamu bisa terbuka lebih lebar.” Kala merasa bingung karena tidak mengerti maksud ucapan suaminya tapi dia tampak cemas.

Dutta mulai berjalan turun untuk bergabung dengan semua orang yang sedang berdoa.
Semua orang sudah selesai berdoa dan semua mata mereka tertuju pada Dutta yang sedang berjalan ke arah mereka. Baji berkata pada Ganpat yang ada di sampingnya. Hei Pak Ganpat, hari ini kakak terlihat sangat keren. Kau harus mengakuinya kalau kakak memang luar biasa. Tuan Baji, aku bersumpah demi ibuku, Tuan Dutta memang sangat tampan.

Mata Dutta mencari Naku sementara Naku terlihat bersembunyi di belakang ibunya. Ibu Dutta meminta agar Dutta berdoa dulu. Dutta pun melakukannya. Kala tampak khawatir. Mata Dutta kembali mencari Naku dan Naku masih bersembunyi di belakang ibunya. Dutta terus menatap Naku dan ibunya memperhatikan hal itu. Menyadari itu Dutta segera mengalihkan pandangannya dari Naku. Kemudian ibu Dutta memanggil Nakusha.

Nakusha....kemarilah.....

Naku berjalan dan berdiri di samping Dutta dan berdoa bersama Dutta. Ibu Dutta kemudian meminta Dutta-Naku untuk duduk.  Naku tidak duduk tapi dia kembali bersembunyi di belakang ibunya seakan tidak ingin Dutta melihatnya. Semua orang duduk. Kala berjalan dan akan duduk di sebelah Dutta tapi ibu Dutta mencegahnya dan memintanya duduk di dekatnya saja. Kala menuruti kata-kata ibunya. Melihat Naku yang masih berdiri di belakang ibunya, ibu Dutta pun memanggilnya dan memintanya untuk duduk di sebelah Dutta. 

Nakusha...kemarilah dan duduk di dekat Dutta! Naku masih tetap bersembunyi di belakang ibunya. Dutta dan Baji memperhatikan sikap Naku itu. Badi segera membawa Naku untuk duduk di sebelah Dutta. Kala semakin khawatir dengan apa yang Dutta dan Baji rencanakan. Akhirnya Naku pun duduk di samping Dutta. Naku menggenggam tangannya karena merasa tegang. Dutta menengok ke arah Naku dan menyadari sikap Naku itu. Baji pun segera memulai acaranya.

Baiklah saudara-saudara semuanya, acaranya bisa dimulai. Di sini sekarang semuanya sudah sama-sama duduk. Kita akan memulai tradisi dari menghancurkan kelapa.
Dutta berkata dalam Hati, “Naku, aku tahu hari ini kau pasti sedang menantikan pengakuanku yang akan ku sampaikan padamu di sini.” Sementara Naku teringat ucapan buruk Kala tentangnya. Dutta memperhatikan Naku yang sedang berpikir dan memanggilnya. Nakusha....Nakusha...

Nakusha menengok ke arahnya. Dutta berkata pada Naku kalau hari ini Baji banyak bicara.
 
Naku berdiri dan berkata pada Dutta, “Aku...aku..harus selesaikan pekerjaanku dulu.” Naku langsung berjalan pergi meninggalkan semua orang. Semua orang tampak bingung dengan sikap Naku. Ibu Dutta memberi kode pada Badi untuk pergi mengikuti Naku. Badi segera menyusul Naku. Ibu Dutta meminta Dutta untuk bersabar karena mungkin Naku ada pekerjaan dan meyakinkan Dutta kalau Naku akan segera kembali.
Badi menyusul Naku dan bertanya padanya ada apa dan kenapa dia pergi di tengah acara seperti itu. Apa itu bagus? Apa kata Tuan Dutta nanti? Nanti dia akan mencarimu.

Ibu, apa aku tidak bisa melihat apa yang ada di mata tuan? Aku takut aku akan melupakan diriku sendiri. Tidak ibu....aku tahu ada sesuatu dalam pikirannya. Ibu, apa yang harus ku lakukan?

Di tempat perayaan Baji yang sedang senang karena kelapanya menang terus bertanya, “Bagaimana kak? Ada lagi yang ingin melawanku bertanding adu kelapa?”

Kala bertanya pada Dutta kenapa dia terlihat begitu gelisah. Aku sudah banyak membuat Nakusha mengerti tapi kau tahu kan kebiasaan lama tidak bisa menghilang dengan cepat. Dia selalu berdiri di sudut ruangan sana. Mungkin itu karena dia merasa malu duduk denganmu di sini. 

Kemudian muncul Badi yang membawa Naku. 






n