Monday, September 11, 2017

Kisah Gadis Pedalaman yang Menginspirasi

Dimuat di Satelitpost edisi 11 September 2017



Judul           : Sebiru Safir Madagascar
Penulis        : Haya Nufus
Penerbit      : Indiva Media Kreasi
Cetakan      : Pertama, 2016                                   
Tebal          : 288 Halaman
ISBN          : 978-602-1614-53-2

     Adalah Mirindra, gadis kecil dan miskin yang berkulit hitam dan berambut keriting. Ia berasal dari pelosok Madagascar. Sebuah negeri yang tidak banyak dikenal orang. Di usianya yang baru menginjak tujuh tahun ia harus menerima nasibnya menjadi anak yatim. Ibunya meninggal dunia ketika akan melahirkan adiknya. Semenjak itu ia hanya tinggal bersama ayahnya yang menjadi penambang batu mulia di sebuah pertambangan asing yang berjarak ratusan kilometer dari tempat tinggalnya.
    Mirindra bersekolah di Akany Tafita, sebuah sekolah asrama yang menampung anak-anak miskin di sekitar perbukitan Sahasoa. Akani Tafita membekali para siswanya keterampilan hidup agar saat lulus nanti mereka dapat hidup mandiri. Sekolah ini dibesarkan oleh perempuan tua bernama Tinah. Dengan dibantu Irene yang berusia lebih muda darinya ia bertanggungjawab di asrama. Sedangkan untuk urusan kebersihan dan perkebunan ia dibantu oleh lelaki tua yang bernama Hiel (halaman 35). Para pengajar di Akani Tafita telah melecut semangat Mirindra untuk bermimpi besar. Guru-guru ini adalah orang yang berkarakter, berdedikasi tinggi, dan juga penuh kasih sayang.
      Mirindra adalah anak yang cerdas. Ia telah mampu menguasai empat bahasa dunia. Tinah dan para guru di Akani Tafita terus-menerus melecut semangat Mirindra untuk bermimpi besar. Ia terus tumbuh bersama mimpi-mimpinya itu. Meskipun Josse yang merupakan adik Tinah dan sangat sombong selalu mengejeknya namun semangatnya untuk meraih mimpinya tidak pernah luntur. Ia ingin terus bersekolah agar bisa bermanfaat untuk negerinya. Josse memang sering mengatakan bahwa Mirindra tidak punya bekal apa pun untuk sukses dan selalu mengingatkan bahwa ia hanyalah anak miskin.
      Suatu ketika Tinah memutar tentang kisah yang melecut semangat Mirindra untuk terus bersekolah. Kisah itu tentang seorang perempuan bernama Maryam yang berasal dari Afganistan. Negaranya sedang dalam keadaan perang sehingga pendidikan, ekonomi bahkan nyawa tidak dihargai pada waktu itu. Itulah mengapa Maryam tidak diperbolehkan sekolah saat itu. Saat itu hanya anak laki-laki saja yang diperbolehkan bersekolah.
      Orang tuanya pun tidak mampu membeli buku untuknya karena saking miskinnya. Apalagi mendatangkan guru ke rumah. Pada akhirnya Maryam belajar dengan cara mencuri dengar dari balik tembok. Tidak jarang ia diusir karena melakukan hal itu. Tapi pantang baginya menyerah, ia terus meminjam buku dan harus bersembunyi saat membaca buku dari Barat karena hal itu dilarang oleh penguasa. Berkat keteguhannya dalam belajar ia berhasil mengikuti ujian untuk mendapatkan ijazah bahkan ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Adelaide University, Australia.
      Mirindra sangat terinspirasi dengan perjuangan Maryam. Ia pun bertekad merubah hidupnya meskipun harus terseok-seok. Ia ingin masuk kuliah meskipun terbentur biaya. Sekali lagi ia tidak mau menyerah pada keadaan. Hatinya telah mendendam pada kegagalan dan menolak untuk jatuh. Dendam itu yang secara tidak sadar telah menggerakkan kakinya untuk kuat menempuh berkilo-kilometer jalanan terjal menuju sekolah.
   Dendam itu juga yang membuatnya berlaku kejam pada dirinya sendiri. Ia mengurangi tidur, membaca semua buku, memeras isi kepala demi memecahkan rumus-rumus, dan mengulang dengan teliti semua soal yang telah diajarkan di sekolah. Satu yang Mirindra yakini, meskipun miskin ia memiliki harta bernama semangat. Ia tidak akan membiarkan semangat itu pudar. Ia mengatakan pada dirinya sendiri, “Aku berjuang! Dan aku berhak menang.”
    Cerita dalam novel ini mampu menggambarkan secara nyata bahwa hidup ini memang tidak mudah. Banyak orang harus berusaha sangat keras untuk bisa meraih mimpi. Meskipun demikian, orang yang kesulitan, asalkan dia mau berusaha, maka ia akan mendapatkan apa yang diimpikan. Itulah yang coba disampaikan penulis melalui novel ini. Selain itu, novel yang juga membahas sedikit tentang  penemu Madagascar yang tidak lain adalah orang Indonesia ini juga menggambarkan besarnya kasih sayang seorang ayah kepada putrinya. Bahasa yang digunakan begitu menyentuh hingga mampu membuat pembaca tidak bisa membendung air mata.


Dimuat di Satelitpost edisi 11 September 2017


j

No comments:

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian