Saturday, October 15, 2016

Motivator Sejati adalah Diri Sendiri

Dimuat di Koran Jakarta Edisi 12 Oktober 2016 




Judul               : Saya Motivator Diri Saya Sendiri
Penulis             : Sifra Susi Langi dan Fransisca Supandi
Penerbit           : Change
Cetakan           : Pertama, Februari 2016                                    
Tebal               : 222 Halaman
ISBN               : 978-602-372-079-8 

        Motivasi bagian terpenting pergerakan manusia. Tanpanya,  pergerakan tidak akan pernah terjadi dan hampir mustahil muncul sesuatu  dari tangan manusia. Motivasi merupakan dorongan dari dalam dan luar diri seseorang. Dia merangsang hasrat dan energi untuk terus-menerus berkomitmen bekerja, berbuat, dan melakukan sesuatu demi tujuan.
      Merry Riana mengatakan, pada halaman pertama buku, “Motivasi merupakan sebuah musik dalam kehidupan. Orang bermotivasi memiliki alasan kuat untuk sukses.” Muncullah ‘motivator beo’ untuk meraih keuntungan berlipat. Mencipta menjadi kurang penting karena dengan mengutip saja sudah bisa menjadi kaya.
       Namun ada motivator sejati sesuai dengan passion yang  menjunjung tinggi nilai-nilai hidup. Tindakannya memotivasi atau membangkitkan semangat orang lain dan diri sendiri. Dia selalu dapat menampilkan diri kepada orang lain sesuai dengan apa adanya tanpa harus berkedok atau menutup-nutupi kondisi riil. Lalu benarkah setiap individu butuh motivasi? Jawabannya, manusia tidak perlu dimotivasi kalau mengerjakan kesukaannya (halaman 7).
     Meskipun demikian, mau tak mau harus diakui bersama bahwa kadang manusia sering menghadapi masalah dan cobaan. Saat itu dia berada dalam titik terlemah karena merasa lemah secara fisik, mental, dan terlebih emosional. Untuk itu seseorang memerlukan semacam ‘vitamin’ tambahan berupa dorongan membangkitkan semangat.
       Beberapa orang berputus asa sering nekat bunuh diri atau menjadi kalap melukai orang lain. Lainnya, menjadi apatis. Ada pula orang yang bermanifestasi pasrah total gara-gara putus asa dengan membuat klaim diri, “Bukan takdir saya.” Semua perasaan buruk yang tidak dikelola dengan baik dan tidak berhasil dinetralisasi perlahan menjadi bongkahan bonggol akar negatif.
        Gagal adalah tabu sehingga ada orang memilih berkata, “Sukses yang tertunda” (halaman 125). Setiap orang pasti pernah gagal, bingung, takut, ditolak, dianiaya, miskin, kecewa, marah, cemburu, sedih, dan bahkan putus asa. Ini bisa karena harapannya tidak terwujud.
      Semua perasaan ini membuat tidak percaya diri untuk melangkah dan menjadikan motivator sebagai pelarian baik untuk sekadar berkonsultasi atau minta pencerahan. Semua  tidak ada salahnya. Kehilangan  kepercayaan diri bisa menjadi masalah serius yang harus dicarikan solusi.
     Manusia mempunyai pilihan dalam menyikapi persoalan hidup serta mengolah diri hingga mencapai kesadaran bahwa sesungguhnya seseorang harus bisa memotivasi diri dulu sebelum mencerna kata-kata orang lain. Tuhan sudah mengaruniai yang luar biasa berupa semangat, intuisi, dan banyak karakter. Jika semua dimanfaatkan dengan baik akan menjadi pendongkrak memperbaiki diri mencapai manusia seutuhnya.


n

No comments:

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian