Friday, March 31, 2017

Cinta dari Sudut Pandang Islam




Judul               : Doakan, Jangan Duakan
Penulis             : Rofiq Hudawiy
Penerbit           : Quanta
Cetakan           : Pertama, 2016                                                  
Tebal               : 107 Halaman
ISBN               : 978-602-02-9553-4

    “Cinta ibarat seekor burung yang cantik, meminta untuk ditangkap tapi menolak untuk disakiti,” begitu kata Khalil Gibran. Cinta tidak pernah tahu kepada siapa berlabuh, kapan dia akan tiba, cinta terjadi begitu saja bahkan hanya dengan sekejap memandang saja. Semua orang pernah merasakan cinta. Adakalanya mencintai dan dicintai. Bahkan Syekh Jalaludin Rumi mengatakan bahwa cinta adalah inti dari segala bentuk kehidupan di dunia. Cinta adalah salah satu sifat Allah SWT. Maka pada dasarnya cinta adalah suci, sakral, dan mulia. Sehingga harus dengan cara yang mulia pula seseorang dalam mencintai dan dicintai.
      Berbicara masalah cinta tidak akan pernah habisnya. Setiap orang punya cara dan sudut pandang tersendiri dalam melihat cinta. Cinta itu Allah yang punya. Itu yang harus dipahami untuk pertama kalinya ketika tiba-tiba cinta menyapa. Ini sepele memang, tapi pemahaman awal bahwa cinta itu Allah yang punya harus betul-betul ditanamkan dalam otak dan hati sebagai fondasi awal dalam membangun rumah cinta. Kalau fondasi tidak kuat tentu bangunannya akan mudah sekali hancur.
     Kebanyakan orang telah salah memulai dari awal ketika akan membangun fondasi bangunan bernama cinta. Mereka beranggapan bahwa orang yang dicintai adalah miliknya dan segalanya baginya. Ketika seseorang menganggap bahwa orang yang dicintai adalah segalanya maka saat yang dicintai hilang maka akan hilang semuanya tak tersisa. Saat semuanya hancur tak tersisa, perasaan pertama yang muncul adalah putus asa dan merasa tak ada artinya hidup di dunia. 
     Hal yang paling menarik dalam buku ini penulis menganalisis jatuh cinta dari sudut pandang kapita selekta hukum Islam yang di dalamnya terdapat pembahasan fikih cinta. Kenapa menarik? Karena jatuh cinta dianalisis dengan sudut pandang fikih cinta menggunakan Al-Quran sebagai solusi terlengkap dan utama setiap permasalahan yang ada dan pasti kita akan menemukan jawaban di dalamnya.
     Semua manusia di bumi dibekali rasa cinta oleh sang Pencipta, dengan rasa cinta itu dia menemukan seorang bernama kekasih untuk berbagi rasa, menyalurkan rasa, dan merawat rasa. Seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, cinta dan sakit hati selalu menjadi pasangan yang serasi. Berani jatuh cinta harus berani sakit hati. Begitu kata orang. Setiap hari berjuta orang jatuh cinta dan seketika itu juga berjuta lainnya sakit hati. Dari orang-orang yang sakit hati itulah kata mantan kekasih muncul dan terkenal, menjadikan kata mantan identik dengan makna yang menakutkan. 
     Islam adalah agama yang tidak mengenal konsep pacaran sebelum nikah. Tapi, tidak bisa buru-buru kita menafikan kata mantan dari remaja muslim sekarang di mana hampir semua aspek disyar’ikan hanya sebagai kedoknya saja. Pacaran syar’i? Balap liar syar’i? Kepopuleran islam mulai disalahgunakan. Dalam Islam sendiri dikenal proses taaruf untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain, bukan pacaran seperti yang digunakan banyak remaja zaman sekarang.
      Jodoh itu memang kita yang mencari tapi Allah yang menyetujui. Allah adalah produser sekaligus sutradara yang mengatur skenario hidup manusia. Tetapi, sebagus apapun ceritanya kalau kita sebagai pemain utamanya tidak bermain dengan baik maka bagaimana jadinya? Allah masih memberikan kita peluang untuk berusaha untuk memainkan peran kita dengan baik dan sepenuh hati. Memang benar Allah telah menyiapkan jodoh yang terbaik untuk kita, tapi kita tetap harus berikhtiar menjemput jodoh kita dengan cara-cara yang dibolehkan dalam Islam. Jodoh dan cinta adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan yang kelak akan dipersatukan oleh sebuah tali bernama pernikahan, dan simpul yang mengikat pernikahan adalah cinta. 
      Buku ke-5 karya Rofiq Hudawiy ini merupakan sebuah dakwah yang tidak menggurui dan mampu mengena di hati kalangan anak muda yang tengah dimabuk cinta. Seperti yang dikemukakan penulis bahwa cinta itu tidak boleh lebih dari tiga, tidak akan bisa lebih dari tiga, dan  tidak akan pernah lebih dari tiga. Cukup sepasang sejoli dan Allah serta doa dari keduanya. Doa adalah bahasa terindah dari rasa, dengan doa setiap orang bisa berbicara, bercerita, dan mengumbar rasa pada Yang Maha Kuasa.
       Melalui buku ini penulis mencoba menjawab permasalahan cinta melalui sudut pandang Islam dengan menggunakan beberapa kisah nyata. Sangat menarik karena buku ini ditulis dengan gaya anak muda sehingga tidak membosankan dan tidak terkesan mendakwahi.


n

No comments:

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian