Monday, July 31, 2017

Mengingat Kembali Sejarah Perekonomian Indonesia



Judul           : Ekonomi Indonesia Dalam Lintasan Sejarah
Penulis        : Prof. Dr. Boediono
Penerbit      : Mizan
Cetakan      : 2016        
Tebal          : 312 Halaman
ISBN          : 978-979-433-947-3

     Buku  berjudul Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah ini merupakan buku yang merangkum perjalanan sejarah perekonomian Indonesia dari zaman VOC (Verinigne Oast Indische Comagnie) Belanda pada abad ke-17 hingga 2014. Bagian pertama buku menyajikan zaman sebelum kemerdekaan Indonesia di mana saat itu Indonesia masih dikenali dengan sebutan Nusantara. Masa di mana VOC melancarkan politik adu domba agar mampu menguasai berbagai wilayah terutama Jawa dan Maluku.
      Saat itu mereka memegang kekuatan politik. Dasar kolonialisme yang menjadi visi sistem ekonomi ekstraktif hanya menguntungkan sepihak. VOC makin kaya, sementara itu, rakyat yang dipekerjakan di tanah sendiri justru semakin menderita. Sebelum VOC menguasai ekonomi di Nusantara, Indonesia sebenarnya sudah merupakan arus niaga yang utama. Selain berposisi strategis, Nusantara juga dilimpahi kekayaan sumber alam. Dua pusat perdagangan yang sangat pesat adalah di sekitar Selat Malaka dan di kawasan Laut Jawa, di mana keduanya merupakan jalur besar perdagangan antara Asia dengan Eropa.
       Pada akhir abad 16, sekelompok pemodal Eropa dengan kongsi dagangnya, salah satunya VOC, menginginkan keuntungan lebih besar. Mereka juga berniat mengangkat sumber-sumber produksi. Kongsi-kongsi dagang Eropa pun menjelajahi kawasan potensial di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika. Hal ini menjadi cikal bakal imperialisme negara Eropa. Tercatat dalam sejarah, Nusantara menjadi sasaran VOC.
     Setelah berhasil mendarat di Banten pada tahun 1956, mereka secara bertahap memonopoli perdagangan. Selain kekuatan militer, kesuksesan VOC memonopoli juga berkat keunggulan organisasi, teknologi, dan akses informasi pasar. Pada akhir abad 18, VOC telah berhasil menguasai sebagian besar Jawa dan Maluku serta beberapa pos dagang di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
    Nusantara berhasil dikuasai VOC selama 2 abad. Eksploitasi dilakukan untuk memproduksi berbagai barang dagangan utama secara besar-besaran dengan tenaga kerja yang murah. Penguasa lokal yang berpikir pragmatis juga menopang kerja-kerja VOC ini. Hingga pada akhirnya VOC bangkrut karena kasus-kasus korupsi. VOC bangkrut karena tata kelola pemerintahan yang buruk terus dibiarkan saja. Di sini penulis menekankan bahwa kebangkrutan VOC adalah fenomena yang terjadi untuk menjadikan pelajaran bagi bangsa Indonesia akan bahaya korupsi bagi perekonomian nasional.
    Pada saat Indonesia merdeka, Orde Lama mencoba mendahulukan politik sebagai yang utama yang membuat kesejahteraan rakyat rendah. Sedangkan Orde Baru lebih fokus pada sektor ekonomi dengan mengacu laju pembangunan dalam grand design developmentalisme. Namun ini juga tidak mampu mengangkat taraf kesejahteraan rakyat secara keseluruhan karena kebijakan politik yang bermasalah. Mereka hanya mementingkan sebagian kecil kroninya dan mempercantik gedung-gedung. Ketika Orde Baru, Indonesia banyak mengalami krisis seperti krisis anggaran, krisis beras, krisis Pertamina, dan gejala penyakit Belanda pasca bom minyak.
      Pada era Reformasi tepatnya pada tahun 2008-2009 terjadi krisis global yang lebih dahsyat, tetapi episentrumnya dari Amerika Serikat dan Eropa. Sektor keuangan kita sudah cukup resilien, kebijakan moneter pruden, dan fiskal aman serta perbankan cukup kuat. Satu-satunya kebijakan yang menimbulkan kegaduhan ekonomi dan politik adalah skandal Bank Century. Bank Indonesia dan Departemen Keuangan saat itu melakukan respon kebijakan mengatasi krisis sistemis dan menyelamatkan sistem perbankan pada saat itu dan bukan melindungi Bank Century. Namun sayang, proses politik dan hukum tidak bisa dikendalikan dan tidak sejalan dengan tujuan ekonomi.
     Melalui buku ini Prof. Boediono menekankan agar sejarah panjang perekonomian Indonesia dari masa VOC hingga Reformasi mampu menjadi cermin untuk memahami dan menjawab tantangan di masa sekarang maupun di masa mendatang agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Meskipun buku ini berbicara masalah ekonomi dan terkesan rumit namun buku ini tetap mampu dipahami oleh orang awam sekalipun karena penulis menjelaskannya dengan menggunakan bahasa sehari-hari. 

Dimuat di Radar Sampit Edisi Minggu 30 Juli 2017
Halaman 20


n

No comments:

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian