Friday, July 14, 2017

Menjadi Guru Kreatif Perlu Banyak Belajar



Judul : Gurunya Manusia
Penulis : Munif Chatib
Penerbit         : Kaifa
Cetakan         : September, 2016
Tebal : 260 Halaman
ISBN : 978-602-0851-45-7

       Liburan sekolah akan segera usai dan sebentar lagi tahun ajaran baru akan dimulai. Semua anak mulai dari tingkat SD sampai SMA akan kembali masuk sekolah. Di tahun ajaran baru bukan hanya murid saja yang harus bersemangat untuk menyambutnya tapi juga para guru. Buku berjudul Gurunya Manusia ini bisa dijadikan panduan bagi para guru dalam mengajar di tahun ajaran baru karena di dalamnya terdapat strategi mengajar yang bisa diterapkan oleh para pahlawan tanpa tanda jasa tersebut.
     Jamak dijumpai di lapangan bahwa guru hanya menyampaikan materi saja di dalam kelas dan murid cenderung hanya menghafalkan materi yang sudah diajarkan saja. Proses pembelajaran bersifat kaku dan membosankan. Proses pembelajaran yang demikian itu tidak akan cukup mampu menghasilkan generasi penerus bangsa yang tangguh di masa depan. Guru adalah tokoh central dalam dunia pendidikan sehingga memiliki peran penting dalam kemajuan sebuah bangsa. Kemampuan akademis murid memang penting, namun tugas guru tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan akademis murid. Guru juga memiliki tugas menjadikan calon-calon penerus bangsa tumbuh menjadi manusia yang bernurani dan manusiawi.
       Melalui buku ini Munif Chatib menjelaskan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki dan diterapkan oleh guru. Pertama adalah kompetensi pedagogi di mana guru harus memiliki kemampuan untuk mengelola pelajaran siswa dengan kreatif. Guru harus memahami karakter siswa karena setiap anak istimewa dan memiliki karakternya sendiri. Selain itu kadar kemampuan siswa dalam menerima materi juga harus diperhatikan guru dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan. 
        Kedua adalah kompetensi kepribadian di mana guru harus memiliki pribadi yang mantap, stabil, arif, dan bijaksana untuk menjadi teladan bagi para muridnya. Dalam sebuah pepatah jawa dipaparkan guru digugu lan ditiru sehingga mereka harus bisa memberikan teladan yang positif. Kompetensi ketiga yang harus dimiliki guru adalah profesional yang berarti guru harus menguasai materi secara mendalam sehingga bisa membimbing siswa sesuai kurikulum dan mengembangkan cara ajar yang kreatif dan inovatif. Yaitu menggabungkan sesuatu yang telah ada menjadi sesuatu yang belum pernah ada. Pembelajaran yang kreatif tentu akan mampu menciptakan ide-ide kreatif yang berkualitas. 
     Terakhir adalah kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru dalam bergaul secara luas dalam bermasyarakat sehingga guru bisa bergaul secara baik terhadap murid-muridnya, tenaga pengajar lain, dan masyarakat luas. Semua kompetensi tersebut wajib dimiliki dan diterapkan oleh para guru. Ketika guru sudah memahami dengan benar tentang pentingnya empat kompetensi ini maka mereka akan menjadi sosok guru yang profesional, guru yang bisa menerapkan tugas dan fungsi guru dengan baik. 
    Selain harus memiliki keempat kompetensi tersebut, guru juga harus memahami tentang bagaimana agar guru tidak hanya menjadi guru profesional saja, tapi juga seorang guru yang menyenangkan yang bisa mengemong dan membuat semua murid merasa nyaman, tidak merasa terintimidasi. Terkadang guru bersikap menuntut dan menghakimi muridnya. Ketika murid belum memahami pelajaran yang diajarkan maka yang disalahkan adalah murid. Murid dianggap tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru atau menganggapnya malas belajar. Hal tersebut tentu akan membuat murid merasa tidak percaya diri dan menganggap bahwa dirinya memang bodoh dan malas seperti yang dituduhkan kepadanya. 
      Ketika murid belum mendapatkan nilai atau hasil yang baik, sudah menjadi tugas guru untuk memotivasi agar mereka tetap optimis dan mau belajar. Bisa jadi murid belum paham karena metode yang diterapkan oleh guru dalam mengajar tidak sesuai dengan karakter siswa. Sekadar mencatat saja atau mungkin menghafal saja tentu sangat membosankan. Kembali lagi, setiap murid memiliki karakter berbeda, ada yang mudah belajar melalui visualisasi dan adapula yang mudah memahami melalui audio. Dalam mengajar, seyogyanya guru pandai mengambil hati murid, sehingga mereka tertarik dan bersemangat dalam belajar (hal. 81). 
       Strategi multiple intelegences, yaitu gaya mengajar guru yang disesuaikan dengan gaya belajar murid bisa diterapkan agar bisa mengenal karakter setiap murid lebih baik. Melalui strategi ini guru dapat menentukan metode apa yang akan diterapkan kepada anak didiknya tersebut. Momentum tahun ajaran baru merupakan saat yang tepat untuk memperbaiki metode mengajar guru dan cara belajar para murid sehingga mampu menumbuhkan semangat berbagi ilmu dan menuntut ilmu.


Dimuat di Koran Jakarta Edisi 14 Juli 2017


n

No comments:

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian