Episode dimulai dengan Ana yang mencoba memaksakan kehendaknya pada Naku. Naku ketakutan dan berteriak
memanggil Dutta. Dutta yang terus mencari Naku seolah mendengar teriakan Naku. Saat
Ana berusaha menyentuh Naku pada saat yang sama Dutta berkelahi dengan dua anak
buah Ana. Ana berkata pada Naku, “Duttamu itu tidak waras, Orang-orang mencari
berlian di batu bara tapi Dutta menyimpan berlian sebagai batu bara, kenapa?
Kenapa dia memakaikan warna hitam padamu? Krena sesuatu yang bisa dia lihat adalah
sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh Ana. Hri ini aku mengetahuinya, hari ini
aku akan melihatmu sebagai Nakusha Dutta, Nakusha yang hitam kelam, kau
mengerti?” Ana mengambil pewarna hitam di laci dan mulai menerapkannya pada
wajah Naku. “Kau tahu apa ini, ini warna kesukaanku, hitam”.
Baji
mencari Naku. Dutta juga terus mencari Naku Tiba-tiba dua nak buah Ana yang
membawa pedang menyerang Dutta. Dorr..... salah satu anak buah Ana itu
tertembak dan yang menembak ternyata adalah Suba. Dutta merasa terkejut, Dutta
melihat wajah Suba dan ingat bahwa Suba yang telah memberinya persembahan waktu
itu sehingga dia pingsan. Anak buah Ana yang lain berkata pada Suba bahwa dia
telah menghianati Ana. Dorrr.... Suba juga menembaknya. Suba berkata pada Dutta
“Pergilah dan selamatkan istrimu. Jalannya lewat sana”. Dutta masih bingung
karena Suba menolongnya tapi dia mengangguk dan pergi tanpa mengatakan apa pun.
Kulit
Naku telah kembali ke kulit hitamnya. “Kau tahu kenapa Dutta memakaikanmu warna
hitam seperti itu, tuanmu berpikir ini sesuatu yang tidak bisa dilihat olehku,
kau mengerti?” “Inilah perbedaan antara kau dan tuanku, kau tidak akan pernah
bisa melihat apa yang dia lihat, dia bahkan tidak tahu kalau aku cantik” kata
Naku. Ana kaget mendengar ucapan Naku bahwa Dutta tidak tahu wajah cantik Naku.
Naku melanjutkan ucapannya, “Tapi dia tidak pernah menganggapku sebagai batu
bara. Dia melihat hati seseorang dan bukan wajahnya”. Tiba-tiba seseorang
membuka pintu dan itu adalah Dutta Bhau kita.
Naku
melihat Dutta dan memanggilnya. Dutta mengarahkan pistolnya ke arah Ana sambil
menengok ke arah Naku. Ana berusaha mengambil pistol dari celananya tapi Baji
masuk ke ruangan tersebut dan menodongkan pistolnya pada Ana. “Hei..., hei.. Ana,
waktunya habis, ayoo!” perintah Baji pada Ana dan membawanya keluar ruangan.
Dutta-Naku yang masih berdiri di ruangan tersebut saling menatap. Musik
diputar. Naku mengingat adegan di hutan bersama Dutta sementara Dutta mengingat
bagaimana Naku diculik Ana, mimpinya di taman bunga bersama Naku, bagaimana
Naku mengikat dupatta pada lukanya, bagaimana dia menikahi Naku dengan paksa
untuk menghukumnya, bagaimana Naku mengembalikan mangal sutra padanya,
bagaimana Naku yang menyelamatkannya di kuil. Pelan-pelan Dutta berjalan
mendekati Naku dan memeluknya dengan lembut. Keduanya saling berpelukan. Seakan
Dutta baru saja mendapatkan miliknya yang paling berharga. Sambil memeluk Naku,
Dutta memegang kepala laku dengan penuh kasih dan berkata, “Hei Naku, jangan
menangis, sekarang Analah yang akan menangis”.
Baji
membawa Ana ke sebuah ruangan. Semua anak buah Ana juga pergi ke sana. Suba
juga di sana. Ana melihat Dutta datang sambil menggenggam erat tangan Naku.
Mereka berdua berpegangan tangan (mungkin Ana menyadari bahwa Dutta memang
mencintai Naku yang gelap).
Selanjutnya: Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 137
m
No comments:
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian