Episode dimulai dengan pria
asing itu tertawa menakutkan. Naku takut dan Dutta memintanya berdiri di
belakangnya. Pria itu berjalan ke depan cermin dan melihat Naku-Dutta melalui
cermin. Lalu dia bertanya, “Tuan Patil, apa kau mencurigaiku?” Kalau kau
berkeliaran di hutan ini selama dua hari maka kau juga akan mulai mencurigai
dirimu sendiri. Pria itu meminta Naku mengikutinya karena dia akan memberinya daun
teh yang mungkin akan membuat Dutta lebih tenang. Pria itu segera berjalan keluar.
Naku pergi mengikutinya. Dutta tidak percaya Naku mengikutinya dan terus
mengawasi mereka berdua.
Di luar rumah, Pria itu bertanya
pada Naku kalau suaminya itu sangat keras kepala lalu bagaimana bisa kau hidup
dengan pria seperti itu. Apa yang kau sukai darinya. Naku menjawab bahwa dia
menyukai Dutta karena hatinya seperti anak kecil. Dia menjadi seperti itu (keras
kepala) karena banyak menanggung rasa sakit akibat penghianatan. Pria itu
terlihat kaget tapi simpati. Dutta terus mengawasi mereka berdua tapi
sepertinya dia tidak mendengar percakapan mereka.
Naku bertanya pada pria itu, “Kapan
kau akan menunjukkan jalan keluar hutan pada kami?” Pria itu menjawab bahwa
nanti beberapa temannya akan datang dan dia akan meminta mereka untuk membawa
mereka berdua keluar dari hutan. Dutta mendengar percakapan yang ini dan mulai
curiga kalau teman pria asing yang akan datang adalah anak buah Ana. Dutta
mulai melihat-lihat isi rumah pria itu dan mencari sesuatu. Dutta membuka
lemari dan menemukan banyak potongan berita koran yang semuanya tentang Jagtap.
Dutta juga menemukan kemeja bernoda darah dan sebuah pistol. Dutta menyimpan pistol itu
bersamanya. Dutta terus mencari dan menemukan gelang tangan perempuan dan bindi
kemudian Dutta menemukan botol kecil berwarna biru muda, sepertinya itu obat
tidur atau racun. Dutta mengambil botol kecil itu.
Naku bertanya pada pria itu apa
dia tinggal sendirian di situ. Pria itu menjawab bahwa dia tinggal bersama
istrinya yang bernama Pakhi. Dia dan istrinyalah yang membangun rumah itu
berdua. Naku bertanya, “Lalu di mana istrimu sekarang?” Pria itu menjawab bahwa
istrinya ada di mana-mana, ada di pohon-pohon, daun-daun, dan ada di udara. “Apa
kau tidak mencium kehadirannya, Naku?” (sepertinya istrinya telah meninggal).
Pria itu membungkuk dan memetik beberapa daun sambil berkata “Aku memetik
beberapa daun untuk para tamu kita” dan menyerahkannya pada Naku. Dia meminta
Naku membuat teh dari daun itu.
Naku mulai membuat teh di
tungku. Dutta pergi ke Naku dan memberikan pada Naku botol biru tadi, meminta
Naku untuk memasukkannya dalam minuman pria asing itu. Naku terlihat bingung
dan mengatakan pada Dutta bahwa pria itu telah menolong mereka. Dutta berkata, “Kita
tidak tahu dia itu akan menolong kita atau musuh kita, aku harus membawamu
sampai ke ibumu, jadi kau harus menurutiku, aku tidak bisa mempertaruhkan nyawa”.
Naku menerima botol itu. Dutta menandai
gelas untuk pria itu dengan mencoretnya menggunakan arang dan meminta Naku
untuk memberikan gelas yang sudah ditandainya pada pria itu. Setelah pria itu
minum maka dia akan pingsan dan mereka berdua bisa melepaskan diri darinya.
Naku masih terus berpikir karena bingung. Dutta meninggalkannya.
Dutta di luar rumah berdiri
menunggu Naku. Naku telah selesai membuat teh. Pria asing itu datang dan
mengatakan pada Naku bahwa untuk teh suaminya dia akan menambahkan daun yang
dipegangnya. Naku berdiri dan diam saja. Pria itu pergi ke luar dan mengasah
kapaknya. Naku keluar dan membawa dua gelas teh. Dia memberikannya pada pria
itu tapi pria itu meminta memberikannya duluan pada Dutta. Naku berjalan ke
Dutta. Naku memberitahu Dutta dengan tangannya gelas yang harus diambilnya.
Dutta mengambil gelas yang sudah ditambahkan daun oleh pria itu. Naku kemudian
pergi ke pria itu dan memberikan tehnya. Pria itu mengambilnya dan mulai
meminumnya. Dia berkata bahwa teh itu rasanya sama seperti teh buatan istrinya.
Dia juga bilang bahwa Dutta beruntung mempunyai istri seperti dia. Dutta hanya
berdiri diam dan masih belum meminum tehnya.
Pria itu mendekati Dutta dan
berkata bahwa kadang saat seseorang bersamanya ia tidak menganggapnya tapi
begitu dia pergi kau akan menyadari batapa dia berarti bagimu dan kau
merindukannya. Dutta mencoba memahami kata-kata pria itu.
Selanjutnya: Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 120
m
No comments:
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian