Judul :
Sarinah
Penulis :
Wisnuwardhana
Penerbit : Palapa
Cetakan : Pertama, 2015
Tebal :
272 Halaman
ISBN : 978-602-0806-46-4
Jiwa patriotisme
dan nasionalisme Bung Karno memang begitu kental mengalir dalam tubuhnya. Hal
ini dikarenakan sedari kecil dia telah bersinggungan dengan para tokoh bangsa
seperti Tjokroaminoto. Namun ada sosok lain yang turut membentuk karakternya,
menginspirasinya, dan mengajarkan nilai-nilai nasionalisme, yaitu perempuan
bernama Sarinah. Sarinah bukanlah tokoh politik ataupun tokoh bangsa. Dia
adalah ibu asuh dari Bung Karno kecil dan berasal dari kalangan rakyat biasa
yang pernah menjadi pembantu di rumah kedua orangtuanya.
Sarinah sangat
menyayangi Soekarno seperti putranya sendiri. Salah satu nasihatnya yang
diingat Soekarno yaitu nasihatnya yang berbunyi, “Karno, di atas segalanya
engkau harus mencintai ibumu. Tapi berikutnya, engkau harus mencintai rakyat
kecil. Engkau harus mencintai umat manusia” (hal. 34). Nasihat-nasihat bijak
dari ibu asuhnya itu dijadikan pemikiran oleh Soekarno, terutama yang berkaitan
dengan humanisme dan feminisme.
Menurut Soekarno, Sarinah adalah sosok
perempuan yang sangat berjasa dalam hidupnya. Sarinah menginspirasinya untuk
melakukan perjuangan mengenyahkan penjajahan. Sarinah juga merupakan guru
terbaik untuknya sehingga mata hatinya terbuka untuk mencintai rakyat kecil.
Soekarno dan ibu
asuhnya itu seakan-akan memiliki hubungan batin. Dia menempati posisi terhormat
karena pola pendidikan dan pengasuhannya meresap kuat sejak Soekarno masih
kecil. Sarinah menemaninya bermain, bercerita, dan memberi nasihat-nasihat
penuh makna. Sejak usia dini yang merupakan usia emas perkembangan otak,
Sarinah mampu membimbing dan menanamkan pendidikan karakter yang baik.
Bagi Soekarno,
Sarinah bukan sekadar pembantu biasa, dia juga merupakan ibu asuh yang luar
biasa. Sosoknya mampu menjadi guru terbaik baginya. Sarinah merupakan perempuan
keibuan yang telah menginspirasinya untuk melakukan perjuangan mengusir para
penjajah dari tanah Indonesia.
Sarinah
mengajarkan Soekarno cinta tanpa pamrih bahwa mencintai rakyat harus dilakukan
setulus-tulusnya sehingga cinta kepada rakyat menjadi dasar dari setiap
perjuangan Soekarno. Bagi Soekarno, mencintai rakyat ibarat mencintai dirinya
sendiri yang lahir dan besar dalam kehidupan rakyat kecil. Atas nama Sarinah,
dia mencetuskan pemikiran tentang kemerdekaan dan gerakan tentang kaum
perempuan di dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ini menjadi sebuah usaha
besar dan mulia yang telah diupayakan oleh Soekarno demi mendapatkan sebuah
konsep ideal mengenai perempuan Indonesia (hal. 193).
Soekarno tidak
pernah lupa dengan jasa-jasa ibu asuhnya itu. Dua tahun setelah Indonesia
merdeka, nama perempuan yang sangat menginspirasinya itu dijadikan kursus
politik kaum perempuan di Yogyakarta. Saat itu ibukota negara pindah dari
Jakarta ke Yogyakarta sejak 14 Januari 1946. Di istana negara, kaum perempuan
berkumpul untuk bersama-sama belajar mengenai peran dan fungsi mereka dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Setiap Sukarno selesai
memberikan kursus materi yang diajarkan selalu ditulis dan kemudian dikumpulkan
oleh Mualif Nasution dan Gunadi. Mereka adalah pegawai sekretariat presiden.
Kumpulan materi ini dibukukan dengan judul Sarinah: Kewajiban Wanita dalam
Perjuangan Republik Indonesia. Sarinah dijadikan simbol bagi Sukarno dalam
membicarakan tentang perempuan.
Selain itu, Soekarno
banyak mengajarkan tentang kesetaraan anatara kaum laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan yang dimaksudkan di sini adalah kesetaraan yang menghilangkan
penindasan anatara golongan yang satu terhadap golongan yang lainnya. Dengan
adanya kesetaraan ini maka Soekarno berusaha untuk mewujudkan masyarakat
sosialis, khususnya bagi para kaum hawa di Indonesia. Sebab, dalam masyarakat
sosialis yang dicita-citakan oleh Soekarno, stigma masyarakat tentang tugas perempuan
hanya berkisar dalam urusan domestik akan terhapus dan ditiadakan.
Untuk mengenang
jasa-jasa Sarinah, dia membangun Gedung Sarinah sebagai pusat perbelanjaan di
Jakarta yang konsep awalnya untuk mengembangkan perekonomian rakyat. Bagi Soekarno,
ibu asuhnya ini adalah mata air cinta, humanisme, dan juga feminisme.
m
No comments:
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian