Saturday, August 5, 2017

Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 119



Episode dimulai dengan pria asing itu tertawa menakutkan. Naku takut dan Dutta memintanya berdiri di belakangnya. Pria itu berjalan ke depan cermin dan melihat Naku-Dutta melalui cermin. Lalu dia bertanya, “Tuan Patil, apa kau mencurigaiku?” Kalau kau berkeliaran di hutan ini selama dua hari maka kau juga akan mulai mencurigai dirimu sendiri. Pria itu meminta Naku mengikutinya karena dia akan memberinya daun teh yang mungkin akan membuat Dutta lebih tenang. Pria itu segera berjalan keluar. Naku pergi mengikutinya. Dutta tidak percaya Naku mengikutinya dan terus mengawasi mereka berdua.

Di luar rumah, Pria itu bertanya pada Naku kalau suaminya itu sangat keras kepala lalu bagaimana bisa kau hidup dengan pria seperti itu. Apa yang kau sukai darinya. Naku menjawab bahwa dia menyukai Dutta karena hatinya seperti anak kecil. Dia menjadi seperti itu (keras kepala) karena banyak menanggung rasa sakit akibat penghianatan. Pria itu terlihat kaget tapi simpati. Dutta terus mengawasi mereka berdua tapi sepertinya dia tidak mendengar percakapan mereka.

Naku bertanya pada pria itu, “Kapan kau akan menunjukkan jalan keluar hutan pada kami?” Pria itu menjawab bahwa nanti beberapa temannya akan datang dan dia akan meminta mereka untuk membawa mereka berdua keluar dari hutan. Dutta mendengar percakapan yang ini dan mulai curiga kalau teman pria asing yang akan datang adalah anak buah Ana. Dutta mulai melihat-lihat isi rumah pria itu dan mencari sesuatu. Dutta membuka lemari dan menemukan banyak potongan berita koran yang semuanya tentang Jagtap. Dutta juga menemukan kemeja bernoda darah dan sebuah pistol. Dutta menyimpan pistol itu bersamanya. Dutta terus mencari dan menemukan gelang tangan perempuan dan bindi kemudian Dutta menemukan botol kecil berwarna biru muda, sepertinya itu obat tidur atau racun. Dutta mengambil botol kecil itu.

Naku bertanya pada pria itu apa dia tinggal sendirian di situ. Pria itu menjawab bahwa dia tinggal bersama istrinya yang bernama Pakhi. Dia dan istrinyalah yang membangun rumah itu berdua. Naku bertanya, “Lalu di mana istrimu sekarang?” Pria itu menjawab bahwa istrinya ada di mana-mana, ada di pohon-pohon, daun-daun, dan ada di udara. “Apa kau tidak mencium kehadirannya, Naku?” (sepertinya istrinya telah meninggal). Pria itu membungkuk dan memetik beberapa daun sambil berkata “Aku memetik beberapa daun untuk para tamu kita” dan menyerahkannya pada Naku. Dia meminta Naku membuat teh dari daun itu.

Naku mulai membuat teh di tungku. Dutta pergi ke Naku dan memberikan pada Naku botol biru tadi, meminta Naku untuk memasukkannya dalam minuman pria asing itu. Naku terlihat bingung dan mengatakan pada Dutta bahwa pria itu telah menolong mereka. Dutta berkata, “Kita tidak tahu dia itu akan menolong kita atau musuh kita, aku harus membawamu sampai ke ibumu, jadi kau harus menurutiku, aku tidak bisa mempertaruhkan nyawa”.  Naku menerima botol itu. Dutta menandai gelas untuk pria itu dengan mencoretnya menggunakan arang dan meminta Naku untuk memberikan gelas yang sudah ditandainya pada pria itu. Setelah pria itu minum maka dia akan pingsan dan mereka berdua bisa melepaskan diri darinya. Naku masih terus berpikir karena bingung. Dutta meninggalkannya.

Dutta di luar rumah berdiri menunggu Naku. Naku telah selesai membuat teh. Pria asing itu datang dan mengatakan pada Naku bahwa untuk teh suaminya dia akan menambahkan daun yang dipegangnya. Naku berdiri dan diam saja. Pria itu pergi ke luar dan mengasah kapaknya. Naku keluar dan membawa dua gelas teh. Dia memberikannya pada pria itu tapi pria itu meminta memberikannya duluan pada Dutta. Naku berjalan ke Dutta. Naku memberitahu Dutta dengan tangannya gelas yang harus diambilnya. Dutta mengambil gelas yang sudah ditambahkan daun oleh pria itu. Naku kemudian pergi ke pria itu dan memberikan tehnya. Pria itu mengambilnya dan mulai meminumnya. Dia berkata bahwa teh itu rasanya sama seperti teh buatan istrinya. Dia juga bilang bahwa Dutta beruntung mempunyai istri seperti dia. Dutta hanya berdiri diam dan masih belum meminum tehnya.

Pria itu mendekati Dutta dan berkata bahwa kadang saat seseorang bersamanya ia tidak menganggapnya tapi begitu dia pergi kau akan menyadari batapa dia berarti bagimu dan kau merindukannya. Dutta mencoba memahami kata-kata pria itu.



m


No comments:

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian