Wednesday, August 16, 2017

Soekarno dan Nilai-nilai yang Diajarkan Sang Ibu Asuh

Dimuat di Koran Jakarta Edisi 14 Agustus 2017





Judul           : Sarinah
Penulis       : Wisnuwardhana
Penerbit      : Palapa
Cetakan      : Pertama, 2015                                   
Tebal          : 272 Halaman
ISBN          : 978-602-0806-46-4

    Jiwa patriotisme dan nasionalisme Bung Karno memang begitu kental mengalir dalam tubuhnya. Hal ini dikarenakan sedari kecil dia telah bersinggungan dengan para tokoh bangsa seperti Tjokroaminoto. Namun ada sosok lain yang turut membentuk karakternya, menginspirasinya, dan mengajarkan nilai-nilai nasionalisme, yaitu perempuan bernama Sarinah. Sarinah bukanlah tokoh politik ataupun tokoh bangsa. Dia adalah ibu asuh dari Bung Karno kecil dan berasal dari kalangan rakyat biasa yang pernah menjadi pembantu di rumah kedua orangtuanya.
    Sarinah sangat menyayangi Soekarno seperti putranya sendiri. Salah satu nasihatnya yang diingat Soekarno yaitu nasihatnya yang berbunyi, “Karno, di atas segalanya engkau harus mencintai ibumu. Tapi berikutnya, engkau harus mencintai rakyat kecil. Engkau harus mencintai umat manusia” (hal. 34). Nasihat-nasihat bijak dari ibu asuhnya itu dijadikan pemikiran oleh Soekarno, terutama yang berkaitan dengan humanisme dan feminisme. 
     Menurut Soekarno, Sarinah adalah sosok perempuan yang sangat berjasa dalam hidupnya. Sarinah menginspirasinya untuk melakukan perjuangan mengenyahkan penjajahan. Sarinah juga merupakan guru terbaik untuknya sehingga mata hatinya terbuka untuk mencintai rakyat kecil.
    Soekarno dan ibu asuhnya itu seakan-akan memiliki hubungan batin. Dia menempati posisi terhormat karena pola pendidikan dan pengasuhannya meresap kuat sejak Soekarno masih kecil. Sarinah menemaninya bermain, bercerita, dan memberi nasihat-nasihat penuh makna. Sejak usia dini yang merupakan usia emas perkembangan otak, Sarinah mampu membimbing dan menanamkan pendidikan karakter yang baik.
     Bagi Soekarno, Sarinah bukan sekadar pembantu biasa, dia juga merupakan ibu asuh yang luar biasa. Sosoknya mampu menjadi guru terbaik baginya. Sarinah merupakan perempuan keibuan yang telah menginspirasinya untuk melakukan perjuangan mengusir para penjajah dari tanah Indonesia.
     Sarinah mengajarkan Soekarno cinta tanpa pamrih bahwa mencintai rakyat harus dilakukan setulus-tulusnya sehingga cinta kepada rakyat menjadi dasar dari setiap perjuangan Soekarno. Bagi Soekarno, mencintai rakyat ibarat mencintai dirinya sendiri yang lahir dan besar dalam kehidupan rakyat kecil. Atas nama Sarinah, dia mencetuskan pemikiran tentang kemerdekaan dan gerakan tentang kaum perempuan di dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ini menjadi sebuah usaha besar dan mulia yang telah diupayakan oleh Soekarno demi mendapatkan sebuah konsep ideal mengenai perempuan Indonesia (hal. 193).
     Soekarno tidak pernah lupa dengan jasa-jasa ibu asuhnya itu. Dua tahun setelah Indonesia merdeka, nama perempuan yang sangat menginspirasinya itu dijadikan kursus politik kaum perempuan di Yogyakarta. Saat itu ibukota negara pindah dari Jakarta ke Yogyakarta sejak 14 Januari 1946. Di istana negara, kaum perempuan berkumpul untuk bersama-sama belajar mengenai peran dan fungsi mereka dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 
      Setiap Sukarno selesai memberikan kursus materi yang diajarkan selalu ditulis dan kemudian dikumpulkan oleh Mualif Nasution dan Gunadi. Mereka adalah pegawai sekretariat presiden. Kumpulan materi ini dibukukan dengan judul Sarinah: Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia. Sarinah dijadikan simbol bagi Sukarno dalam membicarakan tentang perempuan.
      Selain itu, Soekarno banyak mengajarkan tentang kesetaraan anatara kaum laki-laki dan perempuan. Kesetaraan yang dimaksudkan di sini adalah kesetaraan yang menghilangkan penindasan anatara golongan yang satu terhadap golongan yang lainnya. Dengan adanya kesetaraan ini maka Soekarno berusaha untuk mewujudkan masyarakat sosialis, khususnya bagi para kaum hawa di Indonesia. Sebab, dalam masyarakat sosialis yang dicita-citakan oleh Soekarno, stigma masyarakat tentang tugas perempuan hanya berkisar dalam urusan domestik akan terhapus dan ditiadakan.
     Untuk mengenang jasa-jasa Sarinah, dia membangun Gedung Sarinah sebagai pusat perbelanjaan di Jakarta yang konsep awalnya untuk mengembangkan perekonomian rakyat. Bagi Soekarno, ibu asuhnya ini adalah mata air cinta, humanisme, dan juga feminisme.

m

No comments:

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian