Sunday, August 6, 2017

Sinopsis Nakusha (Laagi Tujhse Lagan) Episode 122



Episode dimulai dengan para tamu Jagtap yang sampai di rumah Jagtap. Lagu dan tarian mulai dimainkan. Dutta sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia tenggelam ke masa lalunya, dari waktunya bersama Seema, Supriya sampai saat-saat yang dilaluinya bersama Nakusha. Naku duduk jauh dari Dutta menikmati lagu dan tarian sambil sesekali menatap ke arah Dutta. Jagtap melihat Naku yang menatap Dutta dan mendatanginya. Jagtap mengelus kepala Naku. Dutta terus mengingat saat-saat terakhirnya bersama Naku. Dutta kembali mengingat kata-kata Jagtap bahwa bila dia menemukan cinta dalam hidupnya, dia juga akan mencintai hidupnya juga. Jagtap dan para tamunya terus menari.

Tiba-tiba anak buah Ana datang dan memanggil Dutta untuk menyerahkan dirinya atau pertumpahan darah akan terjadi. Menyadari anak buah Ana telah menemukannya Dutta segera mendekati Naku dan memegang tangannya. Jagtap meminta para tamu wanita dan Dutta-Naku untuk pergi lewat pintu belakang. Dutta menolaknya dan mengatakan bahwa dirinya bukanlah seorang pengecut yang akan melarikan diri. Jagtap memaksa Dutta untuk segera pergi, kalau bukan untuk dirinya sendiri setidaknya lakukan itu untuknya (Naku) karena dia sekarang dalam bahaya. Dutta malah maju untuk melepaskan tembakan ke anak buah Ana tapi kemudian pelurunya habis. Jagtap meminta Dutta pergi, dia memberikan pisau pada Dutta karena mungkin itu akan berguna nanti. Jagtap memegang tangan Naku dan meletakkannya pada tangan Dutta seraya berkata pada Dutta untuk menjaga harta karunnya ini (Naku) dan tidak perlu mencemaskannya. Jagtap juga memberitahu Dutta jalan keluar dari hutan.

Setelah itu Jagtap kembali melepaskan tembakan pada anak buah Ana dan dia mengatakan pada teman-temannya untuk tidak melepaskan satu pun dari mereka, bila sampai terjadi sesuatu pada anak-anaknya (Dutta-Naku) maka ia bersumpah akan membakar seluruh hutan itu. Dutta-Naku yang masih belum pergi mendengar kata-kata Jagtap tersebut dan merasa tersentuh. Kemudian Dutta segera membawa Naku pergi dari pintu belakang. Mereka berlari dan saling berpegangan tangan.

Anak buah Ana mengejar Dutta-Naku dan mengarahkan tembakan pada Dutta-Naku. Jagtap berlari dan berada diantara Dutta-Naku dengan anak buah Ana. Jagtap menembak anak buah Ana tapi Jagtap juga mendapatkan beberapa tembakan. Jagtap menghadap ke arah Dutta-Naku dan Dutta-Naku pun berhenti berlari dan melihat ke arah Jagtap. Jagtap memberi isyarat dengan tangannya bahwa mereka harus berpeganagan tangan dan segera pergi jauh. Dutta memegang tangan Naku dan memperlihatkannya pada Jagtap. Jagtap terjatuh dan mati. Dutta merasa terluka sementara Naku berteriak memanggilnya paman dan ingin berlari kepadanya tapi Dutta menahannya dan membawa Naku kembali berlari menjauh dari tempat itu.

Dutta-Naku terus berlari, Naku terlihat tidak sehat dan kelelahan sehingga hampir jatuh. Dutta memegangnya. Suara tawa dan kata-kata terakhir Jagtap yang bersumpah akan membakar seluruh hutan bila terjadi sesuatu pada mereka terus terngiang di pikiran mereka berdua. Dutta-Naku kembali berlari sambil terus berpegangan tangan. Mereka kemudian berjalan sepanjang malam. Pagi harinya mereka menyadari telah keluar dari hutan karena mereka melihat jalan raya di hadapan mereka. Dutta merasa senang sementara Naku terlihat sedih. Mereka berdua saling menatap. Naku berkata pada Dutta bahwa dia telah sampai pada tujuannya. Dutta mengatakan pada Naku bahwa setelah ini dia akan bebas dan Naku mengatakan pada Dutta bahwa setelah ini Dutta juga akan bebas karena dia tidak akan menyusahkannya lagi. Dutta menatap Naku dan menyadari bahwa mereka akan berpisah dan matanya menunjukkan kesedihan. Dutta mengingat ucapan Jagtap bahwa dia tidak bisa keluar dari hutan itu karena hutan itu telah membuatnya jatuh cinta.




m

No comments:

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog Ini:
-Dilarang promosi iklan
-Dilarang menyisipkan link aktif pada komentar
-Dilarang komentar yang berbau pornografi, unsur sara, dan perjudian